“Taya tanah nu teu kapelakan
Taya gawir nu teu awian”
Ungkapan atau kata mutiara bahasa Sunda diatas adalah sebuah kearifan lokal masyarakat Sunda (Majalengka) yang menandakan betapa masyarakat Sunda sangat memahami dan menjaga kelestarian hutan yang ada di lingkungannya. Taya tanah nu teu kapelakan, taya gawir nu teu kaawian, juga menunjukkan bahwa setiap jengkal tanah harus ditanami, bahkan tebing (gawir) pinggir sungai pun tetap harus ditanami, salah satu tanaman yang ditunjukkan oleh peribahasa tersebut adalah bambu (awi).
Dari ungkapan yang terdengar sederhana tersebut, mengandung arti yang sangat luas, dapat diartikan sebagai langkah-langkah menuju penghijauan dan konservasi lahan untuk menjaga alam sekitar agar tetap menjadi sahabat bagi manusia, karena apabila alamnya yang terjaga maka masyarakatnya pun akan dijaga oleh alam (chik).
Manfaat pohon bagi kehidupan manusia sangat banyak tentunya, antara lain sebagai sumber oksigen yang berfungsi bagi kehidupan manusia, sumber pangan, papan, juga sandang obat-obatan, dan sebagainya. Sehingga apabila hutannya terpelihara dan terjaga sehingga dipenuhi pohon-pohonan dan tidak gundul maka sebagian besar kebutuhan manusia dapat terpenuhi, terutama oksigen dan air.
Bambu (awi, Sunda) adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam (http://id.wikipedia.org/wiki/Bambu#Ekologi
Bambu juga bermanfaat sebagai bahan kuliner (rebung bambu, bambu muda lho, sebab yang tua mah hanya cocok buat dibikin pagar bukan buat dimakan hehe), konstruksi rumah (gedeg, bilik), instrumen musik, transportasi (getek atau rakit) dan banyak lagi tentunya, bahkan pada masa perjuangan kemerdekaan bambu dijadikan senjata untuk melawan penjajah (bambu runcing), keren kan?
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok pemuda di Blok Cijurey Desa Kulur Kec/Kab. Majalengka yang berafiliasi dengan Girimadani Senter adalah pembibitan dan penanaman bambu. Pembibitan bambu sudah dilaksanakan secara mandiri, dengan menggunakan tunas-tunas yang keluar dari bonggolnya, dipisahkan dan kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang sudah disiapkan di persemaian. Setelah cukup umur, kira-kira 3-4 bulan di persemaian barulah bibit bambu tersebut dapat ditanam di lokasi sasaran.
Bibit yang dihasilkan oleh komunitas, sebagian ditanam di areal lahan kritis yaitu di lahan-lahan kosong milik penduduk setempat dan di tebing-tebing pinggir sungai (gawir, Sunda), hal ini bertujuan untuk menyuburkan lahan, menahan laju erosi dan longsor serta meningkatkan kandungan air tanah di areal yang ditanami pohon bambu. Sebagian bibit lainnya dijual kepada pemesan yang datang dari berbagai daerah seperti Kabupaten Cirebon, Kuningan dan Sumedang.
Selain bertujuan untuk monservasi lahan, penanaman bambu ini juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, karena bambu tersebut pada usia 1,5 tahun sudah dapat dijual dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Salah satu hal yang sedang dilakukan oleh komunitas adalah membangun kerjasama dengan pihak swasta yang diharapkan dapat ikut memasarkan bambu, atau dapat memberikan pelatihan kepada para pemuda untuk mengolah bambu menjadi barang yang bernilai ekononis lebih tinggi, misalnya instrumen musik (calung, angklung) dan merchandise yang berasal dari bambu.
Hayu urang pepelakan
Ulah aya tanah teu kapelakan, ulah aya gawir teu kaawian.
I wish,, semoga,, mugia ,,,,, Amin YRA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar