Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Minggu, 06 April 2014

MENCOBA BERNEGOSIASI DENGAN TAKDIR...!

Sebelum alam hancur dengan sendirinya, sebelum tangan-tangan gatel mempercepat kehancurannya, komunitas Girimadani Senter mencoba bernegosiasi dengan takdir melalui pelestarian hutan lindung desa dan pemeliharaan sumber air dan mata air. 
Langkah pertama yang sudah dilakukan komunitas adalah menanam pohon di daerah resapan air, diantaranya adalah pohon African Baobab (Ki Tambleg / Ki Bonasem), Trembesi & Merbau di area hutan lindung desa yg berfungsi sbg cacth-water area.
Mihapekeun Jaga ka Astana (Titip Masa Depan ke Makam-makam), sebuah konsep penanaman hutan lindung ini disebut, krn hanya kearifan lokal pamali-lah yg sedikitnya dapat menjaga kelestarian hutan lindung walaupun kenyataannya sudah banyak diabaikan juga. Tapi cara sepertt itu memang harus ditempuh juga disamping membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menanam dan memelihara pohon demi ketersediaan air di masa depan ("jaga"). 
Disamping itu pula komunitas berupaya memberikan pemahaman dan peningkatan kesadaran warga akan pentingnya menanam dan memelihara pohon serta hutan demi kehidupan yang lebih baik. Hal ini dilakukan melalui diskusi-diskusi reflektif tentang lingkungan hidup.
Selain itu pula secara struktural komunitas mendorong pemerintah desa dan lembaga desa untuk menyusun peraturan desa mengenai pengelolaan lingkungan hidup lestari, yang meliputi pemeliharaan hutan lindung desa dan daerah resapan air, pemeliharaan mata air tanah, pelarangan penebangan pohon dan penggundulan hutan di area-area resapan air dan rawan longsor.
Ini semua bermula atas kesadaran komunitas mennemukan realita bahwa ketersediaan air tanah di wilayah desa jauh berkurang dibanding 10 tahun lalu, dimana penyebabnya adalah praktek-praktek penebangan kayu yang dilakukan oleh pemerintah desa atas nama pembangunan, namun tidak pernah tercetus satu program pun untuk memelihara kelestariannya, baik pohon-pohon tua, hutan lindung maupun sumber mata air tanah. Kewenangan seperti itulah yang terus-menerus menyebabkan kerusakan lingkungan, karena tidak pernah berpikir memelihara kelestarian, sebaliknya pikiran yang selalu dikembangkannya adalah mengeksploitasi alam/lingkungan (yang katanya) demi pembangunan.
Kondisi inilah yang mendorong komunitas untuk membangun sebuah gerakan, dengan slogan :
Merusak hutan lindung desa, tak punya HATI,,,
Membiarkan mereka merusaknya, tak punya NYALI,,, 
LAWANNNNN...!!