Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Selasa, 30 Desember 2014

Sungai Kita Adalah Sungai Dunia



























Sungai kita adalah sungai dunia
dapat dinikmati oleh siapapun, dari manapun dan kapanpun
oleh sebab itu mari kita jaga untuk semua orang dan untuk masa depan agar sungai Cideres ini tetap seperti kata mereka :
"Sungai ini airnya hangat....!
Mari jadikan tetap hangat dan bersahabat bagi siapapun yang ingin menikmatinya,,,,,

Minggu, 14 Desember 2014

Refleksi : Gundah Para Ayah

Minggu itu masih remang-remang saat pulang jalan-jalan pagi, sambil nongkrong di tukang serabi yang mangkal di samping sebuah rumah sederhana di pinggir jalan, tak sengaja saya mendengar percakapan pasangan suami istri pemilik rumah tersebut, “Yah, gas dan beras sudah habis lho,,,!” ujar istrinya. Suaminya hanya tersenyum dan bersiap menghidupkan motornya, namun lalu diurungkannya karena teriakan anak gadisnya dari pintu depan “Ayah, sepatu sekolah Teteh jebolnya parah banget”.
“Iyaaa,,,”, jawab sang ayah, getir terdengar di telinga saya, apalagi bagi laki-laki itu, saya bisa membayangkan langkahnya semakin terbebani pagi ini.
Saya jadi teringat pesan anak saya semalam, “Tas sekolah dede sudah gak bisa ditutup seletingnya Pa, beliin ya Pa”, dan saya hanya bisa menjawabnya dengan “Insya Allah”, sambil berharap anak saya dapat memahami apabila sore nanti tangan ini tak menjinjing apa yang dia impikan.
Tak sedikit para ayah yang setiap pagi membawa gundah mereka mengiringi perjalanannya sampai di tempat pekerjaan, baik itu keluhan sang istri tercinta tentang uang belanja bulan ini yang sudah habis, susu buat si kecil yang hanya tersisa cukup sampai sore nanti, tagihan cicilan motor, listrik dan air serta hutang di bank keliling yang mulai sering mengganggu tidur, dan segudang gundah lain yang kerap membuatnya kerap terjaga dari tidur pulasnya.
Tak sedikit ayah yang tangguh yang selalu ingin membuat anak istrinya tersenyum, meyakinkan mereka dengan sebuah kalimat yang menjanjikan, “Iyyaa, nanti ayah penuhi semuanya, kalau tidak hari ini ya besok” walaupun dadanya bergemuruh kencang dan pikirannya berputar mencari jalan keluar untuk memenuhi janji yang membuatnya semakin gundah.
Namun tak sedikit pula ayah yang rela menggadaikan iman dan integritasnya, menipu rekan kerja atau rekan bisnisnya, me-markup anggaran dengan memanipulasi angka-angka, atau berbuat curang dibalik jabatan yang dipegangnya, tapi istri dan anaknya tak pernah tahu dan tak pernah bertanya dari mana uang yang didapat  sang ayah, karena yang penting bagi mereka teredam sudah gundah hari itu.
Ada pula beberapa ayah yang terpaksa membiarkan tangannya berlumuran darah sambil menggenggam sebilah pisau dengan merebut hak orang lain demi menuntaskan gundahnya, walau akhirnya harus berakhir di penjara, walau akhirnya tangis di rumahnya tetap tak henti karena susu yang dijanjikan sang ayah tak pernah terbeli.
Cukup banyak para istri dan anak-anak yang setia menunggu kepulangan ayahnya di rumah dengan penuh harap, namun hingga malam berganti dini hari yang ditunggu tak juga kembali. Sementara lelaki yang ditunggu dengan penuh cinta oleh istri dan anaknya itu telah babak belur dan tak berkutik, sekarat meregang nyawa menahan sisa-sisa nafas terakhir setelah dihakimi massa yang geram oleh aksi kejahatan yang kerap dilakukannya. Sekali lagi, ada ayah yang rela menanggung resiko seperti itu demi segenggam gundah yang mesti ia tuntaskan.
Sungguh, diantara sekian banyak ayah yang seperti itu, saya sangat salut dengan sebagian ayah lainnya yang tetap sabar menggenggam gundahnya, membawanya sampai ke tempat pekerjaan dan tetap menggenggamnya ketika kembali ke rumah, menyertakannya dalam mimpi, mengadukannya dalam setiap sujud panjangnya di keheningan malam, dan tetap menggenggamnya hingga fajar terangi pagi, berharap Allah memberikan rejeki hari itu, agar tuntas satu persatu gundah yang ada dalam genggaman. Sebab ia tetap yakin, Allah takkan membiarkan hamba-Nya berada dalam kekufuran akibat gundah-gundah yang tak pernah terselesaikan.
Para ayah seperti inilah, yang akan menyelesaikan semua gundahnya dengan tanpa menciptakan gundah baru bagi keluarganya, karena ia takkan menyelesaikan gundahnya dengan tali gantungan, atau dengan tangan berlumur darah, atau berakhir di balik jeruji besi, atau takkan membiarkan orang tak dikenal membawa kabar buruk tentang dirinya yang hangus dibakar atau meregang nyawa dihakimi massa setelah tertangkap basah melakukan penjambretan demi membuat istri dan anaknya tetap tersenyum.
Dan saya, yang juga seorang ayah bagi anak-anak yang luar biasa, akan tetap menggenggam gundah saya dengan penuh senyum, dengan hati yang tetap riang dan penuh harap, mengikuti para ayah yang memilih melangkah ringan walaupun dengan gundah di genggaman dan bahkan dipundaknya,, Insya Allah.

“Ya Rabb,, jadikanlah anak-anakku cahaya, sehingga jalanku tetap terjaga di terang-benderang jalan-Mu,,,,”  

(disarikan dari berbagai sumber)

Selasa, 09 Desember 2014

Bambu, Untuk Alam dan Masa Depan


“Taya tanah nu teu kapelakan
Taya gawir nu teu awian”




Ungkapan atau kata mutiara bahasa Sunda diatas adalah sebuah kearifan lokal masyarakat Sunda (Majalengka) yang menandakan betapa masyarakat Sunda sangat memahami dan menjaga kelestarian hutan yang ada di lingkungannya. Taya tanah nu teu kapelakan, taya gawir nu teu kaawian, juga menunjukkan bahwa setiap jengkal tanah harus ditanami, bahkan tebing (gawir) pinggir sungai pun tetap harus ditanami, salah satu tanaman yang ditunjukkan oleh peribahasa tersebut adalah bambu (awi).
Dari ungkapan yang terdengar sederhana tersebut, mengandung arti yang sangat luas, dapat diartikan sebagai langkah-langkah menuju penghijauan dan konservasi lahan untuk menjaga alam sekitar agar tetap menjadi sahabat bagi manusia, karena apabila  alamnya yang terjaga maka  masyarakatnya pun akan dijaga oleh alam (chik).
Manfaat pohon bagi kehidupan manusia sangat banyak tentunya, antara lain sebagai sumber oksigen yang berfungsi bagi kehidupan manusia, sumber pangan, papan, juga sandang obat-obatan, dan sebagainya. Sehingga apabila hutannya terpelihara dan terjaga sehingga dipenuhi pohon-pohonan dan tidak gundul maka sebagian besar  kebutuhan manusia dapat terpenuhi, terutama oksigen dan air.
Bambu (awi, Sunda) adalah tanaman jenis rumput-rumputan dengan rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak tipe. Nama lain dari bambu adalah buluh, aur, dan eru. Di dunia ini bambu merupakan salah satu tanaman dengan pertumbuhan paling cepat. Karena memiliki sistem rhizoma-dependen unik, dalam sehari bambu dapat tumbuh sepanjang 60cm (24 Inchi) bahkan lebih, tergantung pada kondisi tanah dan klimatologi tempat ia ditanam (http://id.wikipedia.org/wiki/Bambu#Ekologi
Bambu juga bermanfaat sebagai bahan kuliner (rebung bambu, bambu muda lho, sebab yang tua mah hanya cocok buat dibikin pagar bukan buat dimakan hehe), konstruksi rumah (gedeg, bilik), instrumen musik, transportasi (getek atau rakit) dan banyak lagi tentunya, bahkan pada masa perjuangan kemerdekaan bambu dijadikan senjata untuk melawan penjajah (bambu runcing), keren kan?
Salah satu kegiatan yang dilaksanakan oleh kelompok pemuda di Blok Cijurey Desa Kulur Kec/Kab. Majalengka yang berafiliasi dengan Girimadani Senter  adalah pembibitan dan penanaman bambu. Pembibitan bambu sudah dilaksanakan secara mandiri, dengan menggunakan tunas-tunas yang keluar dari bonggolnya, dipisahkan dan kemudian dimasukkan ke dalam polibag yang sudah disiapkan di persemaian. Setelah cukup umur, kira-kira  3-4 bulan di persemaian barulah bibit bambu tersebut dapat ditanam di lokasi sasaran.

Bibit yang dihasilkan oleh komunitas, sebagian ditanam di areal lahan kritis yaitu di lahan-lahan kosong milik penduduk setempat dan di tebing-tebing pinggir sungai (gawir, Sunda), hal ini bertujuan untuk menyuburkan lahan, menahan laju erosi dan longsor serta meningkatkan kandungan air tanah di areal yang ditanami pohon bambu. Sebagian bibit lainnya dijual kepada pemesan yang datang dari berbagai daerah seperti Kabupaten Cirebon, Kuningan dan Sumedang.
Selain bertujuan untuk monservasi lahan, penanaman bambu ini juga bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, karena bambu tersebut pada usia 1,5 tahun sudah dapat dijual dan dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Salah satu hal yang sedang dilakukan oleh komunitas adalah membangun kerjasama dengan pihak swasta yang diharapkan dapat ikut memasarkan bambu, atau dapat memberikan pelatihan kepada para pemuda untuk mengolah bambu menjadi barang yang bernilai ekononis lebih tinggi, misalnya instrumen musik (calung, angklung) dan merchandise yang berasal dari bambu.

Hayu urang pepelakan
Ulah aya tanah teu kapelakan, ulah aya gawir teu kaawian.
I wish,, semoga,, mugia ,,,,, Amin YRA.

Rabu, 24 September 2014

KONTRIBUSI KOMUNITAS PUNK DALAM PEMBANGUNAN PERKOTAAN


Kemajuan sebuah wilayah yang merupakan hasil dari pembangunan perkotaan merupakan satu keniscayaan yang tidak bisa dibendung adanya, hal ini seiring dengan kecenderungan semakin meningkatnya anggaran pembangunan secara umum dari tahun ke tahun. Namun kita sering lupa mengartikan pembangunan hanya sekedar pembangunan yang sifatnya fisik saja, misalnya hanya diukur dengan terbangunnya infrastruktur saja, padahal seharusnya seiring dengan kemajuan pembangunan infrastruktur, maju pula manusianya, baik pola pikir maupun sikap dan perilakunya. Dengan demikian, karena kemajuan sebagai akibat dari pembangunan tidak dapat ditolak, tidak boleh pula diterima begitu saja, namun harus diantisipasi ekses-ekses negative dari kemajuan tersebut, yaitu melalui penyiapan masyarakatnya agar tidak menjadi korban kemajuan, tapi diharapkan menjadi masyarakat yang tetap memiliki jati diri dengan mengutamakan pembangunan berkelanjutan dan pro lingkungan hidup lestari.

Seperti yang disebutkan di atas, seharusnya pembangunan wilayah perkotaan ini mempertimbangkan pula ekses yang akan muncul sebagai akibat dari pembangunan tersebut, hal yang harus dipertimbangkan adalah :
1.    Kelestarian lingkungan; pembangunan harus terus berjalan untuk terciptanya kemajuan namun dibalik itu kelestarian lingkungan harus tetap terjaga, dengan demikian maka pemerintah harus selalu menyediakan ruang terbuka hijau dalam setiap proses pembangunan
2.    Kondisi social budaya masyarakat (kultur);  misalnya pembangunan (industrialisasi) jangan sampai menimbulkan matinya mata pencaharian masyarakat yang berprofesi sebagai petani sehingga para petani menjadi terjajah di negerinya sendiri
3.    Sampah ; sampah merupakan produk dari sebuah kemajuan sebuah wilayah yang mengalami kemajuan, apabila tidak memiliki rencana pengelolaan sampah yang baik (terpadu) maka pada akhirnya kemajuan akan menimbulkan masalah baru yaitu sampah, dimana sampah ini apabila tidak dikeloila dengan baik akan menimbulkan banjir, polusi, sumber penyakit dan lebih jauh lagi akan menyebabkan terjadinya percepatan perusakan bumi, misalkan karena sampah plastic yang dikubur atau sampah organic yang dibakar.
4.    Kemajuan akibat pembangunan juga dapat melahirkan masyarakat yang instan, individualistis, dan apatis terhadap lingkungan. Hal tersebut harus diantisipasi dengan upaya penyadaran masyarakat melalui sosialisasi, diskusi-diskusi tematik dengan masyarakat serta pelibatan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan agar masyarakat dapat menyampaikan aspirasi dan menginformasikan kebutuhan-kebutuhannya sehingga pembangunan akan sejalan dengan kebutuhan warga.
Atas dasar pemikiran itulah komunitas punk mengambil peran secara proaktif untuk menjadi bagian dari pembangunan wilkayah perkotaan.


Kegiatan yang Sudah Kami Lakukan
1.    GERAKAN JUMSIH (Jum’at Bersih)
Salah satu upaya turut serta dalam pembangunan perkotaan, komunitas punk Kecamatan Leuwimunding membentuk sebuah kegiatan yang dinamakan JUMSIH (Jum’at Bersih), yang embrionya lahir dari  kegelisahan anak-anak punk dalam menjadi jati diri. Kegelisahan ini muncul akibat pemikiran dan pertanyaan “quo vadis punk?”. Apakah hanya cukup dengan menjadi diri sendiri dan hidup mandiri saja atau dapat menjadi pribadi dan komunitas yang berguna bagi masyarakat dan lingkungan secara umum?
Jawaban atas pertanyaan tersebut adalah “(walaupun kami punk) kami harus menjadi bagian dari pembangunan yang berkontribusi bagi kemajuan wilayah melalui kegiatan real di tengah masyarakat”, secara intern kegiatan ini bertujuan  untuk merubah image dan stigma buruk terhadap komunitas punk dan secara eksternal untuk merubah pola pikir, sikap dan perilaku masyarakat pada umumnya dalam menyikapi proses pembangunan, dari masyarakat yang bersikap pasif menjadi masyarakat yang aktif sebagai  pelaku pembangunan di wilayahnya.
Perjalanan spiritual pemikiran itu pun akhirnya menghasilkan kegiatan real di lapangan, yaitu berupa kegiatan JUMSIH (Jum’at Bersih). Program ini awalnya hanya dilakukan secara mandiri oleh komunitas punk, namun kemudian kegiatan ini diapresiasi oleh pemerintah desa Leuwimunding dan LKM Tirta Mandiri Leuwimunding. Sinerginya kegiatan JUMSIH  dengan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan  yang dikelola oleh LKM Tirta Mandiri adalah karena :
-    sama-sama digerakkan oleh relawan,
-    sama-sama memiliki visi dan misi menyelesaikan persoalan di masyarakat
-    sama-sama mengedepankan partisipasi warga
-    sama-sama bertujuan merubah pola pikir sikap dan perilaku masyarakat.
Kegiatan JUMSIH ini akhirnya disambut baik pula oleh warga, dimana warga yang mengumpulkan sampah di tempat yang sudah disediakan oleh komunitas punk di setiap wilayah, kemudian komunitas yang mengelola dan mengolah sampahnya. Sampah organic diolah menjadi pupuk organic, yang hasilnya dibagikan kepada petani sekitar untuyk digunakan di lahan pertaniannya secara gratis. Dengan pola re-cycle ini dapat membantu kebersihan, keindahan dan kesehatan lingkungan, dan berkontribusi terhadap pengendalian kerusakan ozon karena sampah tidak dibakar.
Sosialisasi dan penyadaran untuk terjadinya perubahan pola pikir ini tidak cukup sampai disitu, namun dilanjutkan untuk menyebarluaskan keterlibatan cinta lingkungan ini kepada jajaran birokrasi dan sekolah-sekolah juga, tujuannya adalah :
-    birokrasi (pemdes dan kecamatan) memiliki kebijakan yang pro lingkungan lestari, sehingga dapat bersama-sama dengan komunitas untuk mensosialisasikan program JUMSIH ini secara lebih luas lagi
-    menumbuhkan kesadaran birokrasi bahwa dalam membangun wilayahnya harus melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk komunitas punk
-    menumbuhkan kesadaran cinta lingkungan lestari anak-anak sekolah, sehingga transfer visi kepada generasi mendatang tidak terputus karena di sekolahlah akan tercetak generasi penerus yang cinta lingkungan lestari
-    mengajak anak-anak sekolah untuk melaksanakan aksi JUMSIH ini bersama-sama dengan komunitas

2.    Bhakti Sosial
Bhakti social ini berupa pembagian sembako kepada masyarakat lansia dan jompo miskin, yang ada di wilayah Kota Kecamatan Leuwimunding yang berjumlahg 100 orang. Dana yang digunakan untuk kegiatan ini bersumber dari  penjualan-penjualan sampah yang sudah di-recycle, hal ini terjadi karena komunitas punk tidak mengambil keuntungan financial dari kegiatan JUMSIH yang dilaksanakan.

3.    Kursus Bahasa Inggris Gratis bagi Anak-anak SD
Menyongsong Majalengka menjadi Kota Aero-city, dalam rangka menyiapkan generasi penerus agar tidak tergilas oleh kemajuan adalah mengadakan kursus bahasa Inggris gratis bagi anak-anak SD, peserta kursus berjumlah 40 orang. Tutor berasal dari relawan setempat yang memiliki kemampuan mengajar bahasa Inggris, sedangkan tempat pelaksanaan kursus ini di Saung Uli, yaitu sebuah tempat berkumpulnya komunitas, bernuansa alam terbuka sehingga membuat anak-anak merasa sedang bermain sambil belajar. Kegiatan ini dilaksanakan seminggu sekali. Anak-anak ini juga diajari tarian tradisional sebagai upaya pelestarian budaya daerah.


Apresiasi yang Sudah Diterima :
1.    Dari Kecamatan : diberi fasilitas CATOR (beca  motor) untuk mengangkut sampah
2.    Diliput oleh media televisi  swasta (SCTV)
3.    Diundang oleh Bupati Majalengka untuk ekspose kegiatan di Pendopo Kabupaten.
4.    Diundang oleh komunitas punk Malaysia untuk expose dan testimony kegiatan punk JUMSIH, acara akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2014
5.    Diundang oleh komunitas punk Jepang untuk expose dan testimony kegiatan punk JUMSIH, acara akan diselenggarakan pada musim semi tahun 2015


Tokoh           :    Jajang Faozan (Nominator City Changer Kab. Majalengka), Komunitas Punk Jumsih
Alamat          :    Desa Leuwimunding Kec. Leuwimunding - Majalengka - Jabar

Minggu, 06 April 2014

MENCOBA BERNEGOSIASI DENGAN TAKDIR...!

Sebelum alam hancur dengan sendirinya, sebelum tangan-tangan gatel mempercepat kehancurannya, komunitas Girimadani Senter mencoba bernegosiasi dengan takdir melalui pelestarian hutan lindung desa dan pemeliharaan sumber air dan mata air. 
Langkah pertama yang sudah dilakukan komunitas adalah menanam pohon di daerah resapan air, diantaranya adalah pohon African Baobab (Ki Tambleg / Ki Bonasem), Trembesi & Merbau di area hutan lindung desa yg berfungsi sbg cacth-water area.
Mihapekeun Jaga ka Astana (Titip Masa Depan ke Makam-makam), sebuah konsep penanaman hutan lindung ini disebut, krn hanya kearifan lokal pamali-lah yg sedikitnya dapat menjaga kelestarian hutan lindung walaupun kenyataannya sudah banyak diabaikan juga. Tapi cara sepertt itu memang harus ditempuh juga disamping membangun kesadaran masyarakat akan pentingnya menanam dan memelihara pohon demi ketersediaan air di masa depan ("jaga"). 
Disamping itu pula komunitas berupaya memberikan pemahaman dan peningkatan kesadaran warga akan pentingnya menanam dan memelihara pohon serta hutan demi kehidupan yang lebih baik. Hal ini dilakukan melalui diskusi-diskusi reflektif tentang lingkungan hidup.
Selain itu pula secara struktural komunitas mendorong pemerintah desa dan lembaga desa untuk menyusun peraturan desa mengenai pengelolaan lingkungan hidup lestari, yang meliputi pemeliharaan hutan lindung desa dan daerah resapan air, pemeliharaan mata air tanah, pelarangan penebangan pohon dan penggundulan hutan di area-area resapan air dan rawan longsor.
Ini semua bermula atas kesadaran komunitas mennemukan realita bahwa ketersediaan air tanah di wilayah desa jauh berkurang dibanding 10 tahun lalu, dimana penyebabnya adalah praktek-praktek penebangan kayu yang dilakukan oleh pemerintah desa atas nama pembangunan, namun tidak pernah tercetus satu program pun untuk memelihara kelestariannya, baik pohon-pohon tua, hutan lindung maupun sumber mata air tanah. Kewenangan seperti itulah yang terus-menerus menyebabkan kerusakan lingkungan, karena tidak pernah berpikir memelihara kelestarian, sebaliknya pikiran yang selalu dikembangkannya adalah mengeksploitasi alam/lingkungan (yang katanya) demi pembangunan.
Kondisi inilah yang mendorong komunitas untuk membangun sebuah gerakan, dengan slogan :
Merusak hutan lindung desa, tak punya HATI,,,
Membiarkan mereka merusaknya, tak punya NYALI,,, 
LAWANNNNN...!!

Sabtu, 22 Maret 2014

MELAWAN "MARGINALISASI AKSES thd AIR BERSIH"



Pembangunan infrastruktur selalu identik dengan pembangunan jalan, karena hampir 80% dana pembangunan digunakan untuk pembangunan jalan dibanding infrastruktur lainnya.

Begitupun kebutuhan masyarakat terhadap air bersih menjadi terabaikan, terutama di pedesaan, masyarakat harus berburu air bersih sendiri, mengerjakan sendiri dan bayar sendiri,, padahal Hak Atas Air adalah Hak Azasi, yang diatur juga UUD RI Pasal 33 Ayat 3.
Daripada "menunggu godot" dan menjadi bagian masyarakat yg dibelaskasihani, 
lebih baik proaktif melawan dan merebut salah satu hak yang menjadi sumber kehidupan ini,,, yakni AIR.
Girimadani Senter memfasilitasi ketersediaan air bersih bagi masyarakat dengan memanfaatkan sumber mata air yang ada, yaitu mata air Buah Jago,
200 KK masyarakat akhirnya akan mendapatkan akses terhadap air bersih,,, murah dan ramah lingkungan.
Pekerjaaan rumah selanjutnya adalah memelihara sumber mata air, agar tetap memberikan nafas bagi kehidupan secara lestari.

Let's go to green planning & green action,,,,

Selasa, 25 Februari 2014

WORKSHOP KLHS KAB. MAJALENGKA

Buah perjuangan bersama kawan-kawan komunitas lain (seperti JaF, Saung Eurih, Innovative Youth Community) pada FGD pertama ttg KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) di Bappeda Majalengka, akhirnya Isue Kearifan Lokal diakui sebagai salah satu indikator kajian RPJMD Kab. Majalengka, sebuah keberhasilan dan langkah kecil sebagai permulaan dari upaya besar lainnya untuk memperjuangkan agar lingkungan dan budaya tidak menjadi korban pembangunan (kemajuan).
Pada workshop kali ini, Girimadni Senter mengusulkan :
1. Penciptaan Livelyhood Alternatif (mata pencaharian alternatif) bagi masyarakat yang berada di daerah-daerah yang memiliki kemiringan lahan tinggi, sbg upaya antisipasi pemanfaatan lahan yang beresiko longsor dan merusak habitat sekitarnya akibat pemanfaatan lahan sebagai implementasi program peningkatan kesejahteraan warga melalui kegiatan pertanian. Sehingga dengan adanya alternative matapencaharian tsb diharapkan warga sekitar tidak lagi memanfaatkan lahan dgn kemiringan tinggi namun tetap dapat meningkatkan kesejahteraan melalui matapencaharian alternatif.
2. Mendorong agar pemerintah bukan hanya memelihara "kearifan lokal yang ada di masyarakat" namun juga memfasilitasi tumbuhnya "kearifan lokal baru" melalui pelaksanaan pembangunan dengan lebih menggunakan pendekatan budaya untuk terjadi perubahan perilaku.

Sedangkan Komunitas Saung Eurih mengingatkan pemerintah agar KLHS yang disusun sebagai alat kajian RPJMD Kab. Majalengka bukan hanya dijadikan sebagai kamuflase atau hanya gugur tugas melaksanakan amanat undang-undang, namun harus pemerintah daerah berkomitmen untuk melaksanakan rekomendasi-rekomendasi atas hasil kajian KLHS ini.

Semoga hasil KLHS ini dapat dijadikan pedoman bagi semua pihak untuk mengawasi kebijakan, rencana dan program pembangunan agar berorientasi pada pembangunan yang lestari dan berkelanjutan. 

We wish to go to green-policy, green-planning, green-program,,,,

Rabu, 22 Januari 2014

Banjir, Antara Musibah dan Wisata

Setiap tahun, pada akhir dan awal tahun, kita selalu dihadapkan pada realita yang menyedihkan, banjir dimana-mana. Berbagai upaya pastinya sudah dilakukan oleh berbagai pihak, namun sampai dengan awal tahun 2014 ini pengaruh atas upaya penanganan banjir seakan belum terlihat, banjir tetap terjadi, bahkan bertambah meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak mengalami musibah tahunan ini.
Duka dan rasa prihatin yang dalam bagi saudara-saudaraku yang terkena musibah, baik itu di Jakarta, Manado, Subang, Indramayu, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Secara pribadi penulis hanya dapat berdoa, semoga banjir segera surut, para korban tetap sehat dan tabah sehingga ketika banjir surut nanti dapat melanjutkan kehidupannya dengan baik.
Secara kritis mari kita lihat penyebab terjadinya banjir. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana debit air permukaan meluap dan melebihi daya tampung danau, sungai, saluran air, waduk dan embung air sehingga air permukaan berada di pakarangan rumah kita, di jalan-jalan lingkungan kita, di jalan-jalan raya, bahkan di ruang tamu dan ruang keluarga serta dapur kita, hmmmm,,,, bahkan di kamar yang biasanya hanya ada istri/suami yang tertidur menantang pun kini isinya air melulu,,, ohhhh banjir.
Ketika semua ini terjadi, lalu telunjuk kita pun menjadi liar tanjak-tunjuk kesana kemari menyalahkan pihak-pihak yang bisa kita persalahkan, pemerintahlah yang salah karena tidak benar dalam menyusun RTRW daerahnya, karena terlalu bernafsu membangun tanpa memperhatikan AMDAL, karena tidak mentaati undang-undang yang menuntut penyediaan ruang terbuka hijau 30% di setiap kota, karena tidak mengeruk sungai dengan baik padahal anggaran untuk itu ada, karena hanya membangun gedung, jalan, perumahan, pabrik-pabrik sehingga menghabiskan lahan terbuka sebagai daerah resapan, karena mereka korup sehingga anggaran untuk pembangunan yang bersifat pencegahan pun tidak dilaksanakan karena uangnya masuk kantong pribadi untuk memperkaya diri dan untuk menambah istri atau bahkan untuk membeli suami brondong, hehe, 
atau para pengusaha dan penguasa hutanlah yang salah karena mereka hanya gemar menebang pohon dan abai menanamnya kembali, karena mereka membangun usahanya dengan menyediakan villa-villa indah dan nyaman di daerah yang seharusnya tidak boleh dibangun,,
Tidak salah pula jari kita menunjuk pada muka mereka sebab mereka pantas dan layak pula dipersalahkan, sebab ulah merekalah yang membuat puluhan ribu orang harus diam di pengungsian yang serba darurat, puluhan orang meninggal dunia, ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan seisinya sehingga harus memulai kembali kehidupannya dari nol, jalanan macet dimana-mana sehingga menghambat arus distribusi barang dan pasti akan menyebabkan inflasi, lalu-lintas ekonomi terganggu, kegiatan kerja di tempat-tempat produksi menjadi tidak efektif, bahkan banyak pula kantor pemerintah yang terendam sehingga tidak dapat melayani rakyatnya, ahhh,,, entah berapa puluh atau ratus trilyun kerugian akibat banjir ini,,, ini benar-benar musibah (musim air bah), maafkan kami Tuhan,,,
Lalu cukupkah hanya dengan saling menyalahkan? Rasanya tidak, sebab kita pun tampaknya punya kontribusi sebagai penyebab semua ini terjadi ketika kita diam saat melihat para pemimpin dan pejabat korupsi, saat melihat para pengambil kebijakan menerapkan kebijakan yang salah, atau saat melihat para pengusaha merusak hutan dan menanaminya dengan gedung-gedung,,, jadi mari lawan mereka, lawan kebijakan-kebijakan yang merugikan kita dengan lantang sebab uang kita harus bermanfaat bagi masa depan generasi yang akan datang.
Dan,,, mari lawan diri kita sendiri yang selalu buang puntung rokok sembarangan, buang sampah sembarangan, dan mari kita rangsang diri kita sendiri untuk gemar menanam pohon, membuat lubang resapan di pekarangan rumah kita walaupun hanya 1 atau 2 buah, mari buang sampah pada tempatnya dan sebaiknya kita daur ulang sampah itu menjadi barang-barang yang bermanfaat tapi murah sehingga sampah yang tadinya berada di tempat kotor dapat pindah ke meja tamu, rak buku, meja makan dan ruang-ruang lain di rumah kita,, mari jadikan ini sebagai budaya baru yang akan membuat hidup jadi lestari.
Banjir memang musibah yang menyedihkan, namun kita pun menjadi tersenyum trenyuh saat melihat anak-anak di wilayah banjir dengan gembira berenang dan bermain air, ohhh anak-anakku yang kehilangan tempat bermain,,,, 
Tapi senyum trenyuh berubah menjadi senyum nyinyir saat melihat para pejabat datang dengan membawa program bantuan berlagak seperti pahlawan, kenapa hanya aktif mengobati (kuratif) dan bukan sejak awal mencegah (preventif)? 
Senyum kita berubah lagi jadi seringai, tatkala melihat partai-partai mendirikan posko dan mengibarkan bendera partainya, serta memasangi biskuit bantuan pemerintah dengan sticker alat kampanye pencalonan para anggotanya,,, seringai pun akhirnya berujung mual, muak dan muntah melihat kemurtadan sosial ini.
Banjir, bagi kita adalah musibah,,, bagi mereka adalah destinasi wisata baru,,, subhanallah.

(teriring duka dan doa bagi saudara-saudaraku yang terkena musibah,,,)