Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Jumat, 10 Mei 2019

SIAPA BILANG

Siapa bilang bumi menangis, bumi itu bertasbih
Siapa bilang gunung-gunung murka, gunung-gunung itu bertasbih
Siapa bilang lautan dan gelombang marah, gelombang lautan itu bertasbih
Siapa bilang matahari tenggelam ke peraduan ketika senja, matahari itu bertasbih
Siapa bilang bulan itu malu-malu bersembunyi di balik awan, bulan itu bertasbih
Aku,
akulah yang tak pernah bertasbih..!!!

Cirebon, Rabu, 8 Mei 2019

HARI AIR SEDUNIA 2019, PIDATO ANAK KECIL MENGGUGAT

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarokatuh,,,
Hadirin sekalian yang saya hormati, perkenalkan nama saya Tiffane Zuliensheva, berbicara mewakili Komunitas Girimadani Senter, yaitu komunitas pencinta lingkungan hidup lestari di Desa Kulur.
Saya berdiri disini untuk berbicara atas nama anak-anak, yang saya tujukan kepada semua generasi di atas saya, bapak-ibu, om dan tant
e serta kakak- kakak sekalian yang hadir disini,,,
Pernah saya membaca sebuah kalimat, alam ini bukan warisan nenek moyang kita, tapi dia adalah titipan dari anak cucu kita, benarkah?
Bila benar, apa yang sudah bapak-ibu dan kakak-kakak lakukan untuk alam ini? Menjaganya? Memeliharanya? Menanaminya? 
Atau mengotorinya? Meracuninya? Merusaknya? Menggundulinya? 
Bukankah saat ini masih kita dengar berita tentang banjir, banjir bandang, longsor pada saat musim hujan di Indonesia? Dan pada musim kemarau banyak daerah yang dilanda kekeringan, gagal panen dan bahkan kesulitan air bersih?
Itukah yang bapak-ibu maksud sudah melakukan kewajiban sebagai generasi yang menerima titipan alam dari anak cucu bapak-ibu?
Sungguh, saya sedih mendengar begitu banyak korban jiwa dan harta serta masa depan ketika bencana datang, dan sebagai anak-anak, dan anak-anak saya nanti, saya merasa masa depan saya terancam apabila bapak-ibu tidak merubah sikap terhadap alam.
Saya hanya ingin mengajak berpikir, siapa yang paling terancam apabila bencana datang? Bukankah anak-anak yang paling terancam karena kami memang rentan, tidak akan kuat melawan arus bila banjir datang, apalagi longsor, dan akan mudah sakit apabila musim banjir, lingkungan kotor atau kekurangan air bersih. 
Anak-anak itu adalah anak-anak bapak-ibu juga, teman-teman saya juga,,
Saya hanyalah seorang anak kecil, tidak tahu harus bagaimana menghadapi ancaman bencana alam akibat ketidak-pedulian kita ini, tapi bapak-ibu lah yang punya kemampuan karena memiliki anggaran pembangunan yang besar, karena memiliki kemampuan membuat kebijakan dan program, jadi, ayo mulailah menyusun program pembangunan yang berwawasalan lingkungan, jangan hanya berpikir memanfaatkan alamnya saja. 
Namun bila bapak-ibupun sama seperti saya, tidak tahu bagaimana menjaga alam ini dengan baik, paling tidak, berhentilah merusaknya, jangan buang sampah sembarangan, jangan tebang pohon di daerah resapan, mulailah menanam  dan memelihara mata air, karena kami anak-anak yang menitipkan alam ini kepada bapak dan ibu, berharap masih kebagian setetes air bersih di kehidupan kami kelak.
Terimakasih kepada bapak-ibu dan semuanya yang tadi siang telah menanam pohon, percayalah, pohon-pohon yang ditanam itu adalah tanda cinta kepada kami anak-anak generasi yang akan menghuni bumi ini dengan tidak kekurangan air namun tidak banjir, semoga berbuah surga bagi semua.  
Tanam-tanam-tanam siram dan tanam, menanam untuk kehidupan, menanam sampai mati...
Sebab, Lamun leuweung diruksak, cai jadi beak, hirup bakal balangsak.
Di akhir pembicaraan saya, ijinkan saya mengajak bapak-ibu dan semuanya untuk merenung sejenak, sebagai ungkapan belasungkawa kepada saudara-saudara kita yang terkena banjir bandang di Sentani – Papua akibat salah urus alam dan keserakahan manusia, semoga mereka tabah. Aamiin YRA.
Bila duka bapak-ibu sedalam duka saya, bila harapan bapak-ibu sama seperti harapan saya, yaitu daerah kita masing-masing dimanapun berada aman dari bencana alam, marilah kita sisihkan uang untuk disumbangkan kepada saudara-saudara kita di Sentani – Papua sebagai bentuk solidaritas kita sesama manusia,,
Bila bapak-ibu dan semua setuju, beri saya pelukan, beri saya pelukan,,, dan silahkan isi kotak amal yang akan dikelilingkan oleh kakak-kakak saya, dan nantinya akan disumbangkan kepada saudara-saudara saya di Sentani – Papua. 
Terimakasih, Selamat Hari Air Sedunia, Salam lestari alamku,,, Wassalamu’alaikum wrwb.

Kamis, 02 Mei 2019

DIBANDING SARAPAN RUJAK HOAX ENAKAN DOCANG MAKANAN KHAS CIREBON

DOCANG, MAKANAN KHAS CIREBON MENU SARAPAN PAGI YANG SEHAT
Sarapan pagi dengan menu rujak-Hoax, panggang-Gubernur atau goreng-Presiden tuh terlalu mewah, berat di ongkos kesehatan, karena setelah menghabiskan porsi sarapan model begitu bisa jadi kepala jadi nyut-nyut karena pengaruh “bumbu berat” yang dikandungnya. Kalau sudah seperti itu tentunya butuh beli obat, baik obat warung ataupun resep dokter. Kalau sampai berobat ke rumah sakit, walaupun menggunakan BPJS tapi tetap saja mahal di ongkos, karena antrinya membuat saya harus ijin off kerja, dengan begitu maka upah saya pun dipotong sehari pula, maklum lah tenaga kontrak.
Untungnya saya tidak suka sarapan model seperti itu, begitu pula saya tidak suka sop cebong dan pepes kampret untuk menu makan siang atau makan malam. Tapi bukan berarti saya GOLPUT lho (saat ini), saya pun punya pilihan, tapi mencoba bersikap untuk tidak membabi-buta, karena saya pernah mengalami hal sebaliknya, yaitu dukung-mendukung dengan sepenuh jiwa,, cieeee,,, maksudnya mengidolakan berlebihan malah bikin stress setiap saat, ya banyak faktor yang penyebabnya, ada statemen pendukung kubu lawan lah yang menyerang, atau berita keunggulan lawan lah, dan banyak lagi. Syaraf di kepala rasanya tegang setiap saat, panas, bawaannya curiga melulu kepada setiap orang, dan yang jelas bertingkah aneh, ya aneh.


Kembali ke menu sarapan, hehe mendingan sarapannya makan DOCANG saja, makanan khas Cirebon yang enak, isinya dalam seporsi itu bermacam-macam, ada lontong plus kuah yang isinya daun singkong, waluh, toge, kacang, seledri, dan tentu saja kerupuk yang sudah diremas dengan gemas oleh penjualnya,, hmmmmm,, sedap banget. 

Daripada pagi-pagi buka HP dan ikutin berita di mdia sosial yang berseliweran, pagi tadi saya memilih sarapan DOCANG sambil nongkrong di pinggir jalan, pikiran jadi membumi dan tentu saja bonusnya adalah jadi tumbuh empati kepada masyarakat pada tataran grass-root, mereka begitu gigih memperjuangkan kehidupannya walau dirasa berat tapi tetap tidak menyerah, seakan tidak terpengaruh oleh suasana panas pasca pilpres dan pileg, perbedaan diantara merekapun ada, tapi kebanyakan disikapi sebagai canda dan menjadi tawa, karena mereka sadar bahwa mereka tidak sedang berebut kursi kekuasaan, karena mereka hanya merasa menjadi penonton, bukan aktornya. 
Sikap seperti itu tentu saja ada baiknya dan ada pula buruknya, debatable, tapi biarlah, yang penting di bangku kaki-lima docang ini senyum kami lebar tidak terbebani perbedaan.
Mari sarapan docang dengan jujur tanpa “DARMAJI” (dahar lima ngaku hiji),,,, 
Selamat melanjutkan penghitungan suara, bagi KPU.