Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Sabtu, 14 Juli 2012

Gerakan Inspiratif : Kepedulian Komunitas Pemuda Saung Eurih


Terbang melayang di angkasa seperti burung elang sambil mengawasi daratan itu memang nikmat dan pasti mempesona,,, namun bila kelamaan "berfikir ngawang-ngawang" alias "tidak membumi" tampaknya malah bisa-jadi sia-sia, sebab kenyataan hidup adanya di bumi, sebab pembelajaran hidup adanya dalam realitas kehidupan. Demikian pun dalam hal berpikir tentang pemberdayaan masyarakat, bila kita hanya sebatas menggeluti konsep tanpa mau (mulai) melakukan sesuatu sekecil apapun, maka kita hanya akan pandai berteori, namun tidak merubah apapun,,,
Terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam kelompok yang menamakan dirinya "Kelompok Pemuda Saung Eurih" yang mengelola kegiatan sosial dalam kegiatan PNPM-Perkotaan di Kelurahan Cicurug - Majalengka, sungguh seperti pendaratan- pikiran yang berjalan-mulus di sebuah oase yang sejuk.
Berawal dari bersentuhannya para pemuda dengan persoalan sosial sepasang kakek-nenek lansia miskin yang tinggal di rumah tidak layak huni yang letaknya bersebelahan dengan Saung Eurih tempat mereka nongkrong dan diskusi,,
Once upon time in Saung Eurih, para pemuda tersebut mendengar kabar bahwa kakek-nenek itu sakit, tergeraklah mereka untuk menjenguknya. Benar saja, kakek-nenek itu dua-duanya sakit, walaupun bukan sakit keras, dan hanya demam-flu, tapi kakek-nenek itu memang sakit, dan membiarkan sakitnya karena memang tidak memiliki uang untuk berobat, bahkan tidak memiliki siapapun untuk teman bicara walaupun hanya untuk sekedar mendengar keluhannya, sehingga kepada para pemuda itulah kakek-nenek itu menyampaikan harapannya.
"Jang, aki teh hayang dipariksa ka mantri, meunang kitu tilu-rebu, dan aki ngan boga duitna oge tilu rebu", artinya "Nak, kakek pengen diperiksa sama mantri, dapat enggak ya tiga ribu biayanya, soalnya kakek cuma punya uangnya juga tiga ribu rupiah",, Subhanallah,,,
Sebuah realitas yang sangat menyentuh, realitas yang menggerakkan nurani para pemuda tersebut, sehingga tercetuslah inisiatif mereka untuk membantu memeriksakan (dan membantu biaya berobat) kakek-nenek tersebut dengan menghadirkan mantri, tapi ketika melihat kondisi kemiskinan kakek-nenek tersebut maka mantri-pun menolak untuk dibayar,, 
Tibalah saatnya minum obat yang diberikan tadi, anak-anak muda itu menyarankan agar si kakek-nenek makan terlebih dahulu sebelum minum obat. Namun ternyata, di situ hanya ada nasi-liwet tanpa lauk pauk bekas makan kemarin, yang mungkin sudah dingin dan basi, yang harus dipanaskan kembali bila mau dimakan,,, MasyaAllah...!
Andai jantung para pemuda itu berhenti berdegup, andai mata mereka berkaca-kaca, andai tak ada lagi kata-kata yang dapat terucap karena lidah tercekat menyaksikan kenyataan yang memilukan itu, dapat dimaklumi,, karena mereka akhirnya jadi saksi atas akibat ketidak-adilan yang terjadi, jadi saksi atas akibat yang ditimbulkan oleh korupsi, ketidak-pedulian, pembangunan yang salah sasaran,,, sebab mereka jadi saksi atas kondisi kemiskinan yang real yang ada di hadapan mata-kepala mereka sendiri.
Sungguh pengalaman bathin yang luar biasa karena tidak setiap orang dapat mengalami dan menemukan hal-hal yang istimewa seperti itu secara langsung, memang mereka marah, mereka sedih, lidah mereka tercekat,  mata mereka berkaca-kaca,, namun tak cukup sampai disitu, "kemarahankesedihandanlidahtercekatsertaairmatayangmembasahimatamereka" itu mereka jadikan energi untuk langsung melangkah, merogoh kocek, membeli rotisusuberasdanlaukpauk yang saat itu juga langsung diberikannya kepada kakek-nenek dengan harapan obatnya dapat segera diminum dengan didahului makan roti dan minum susu,,, 
Yang lebih menyentuh lagi, ketika Tim Fasilitator memberikan bantuan berbentuk uang, besoknya kakek-nenek itu mengumpulkan anak-anak miskin tetangganya dan sebagian uang yang diterimanya tersebut dia kasihkan kepada anak-anak itu, dengan ungkapan yang sangat bersahaja dan mengharukan : "Saya juga pengen memberi kalau lagi punya uang mah",,, luarbiasa.
Pembelajaran dari realitas di atas menumbuhkan kesadaran & kepedulian yang luarbiasa, akhirnya mereka tahu bahwa persoalan hidup dalam sebuah keluarga miskin itu bukan periode tahunan, enam-bulanan atau tiga-bulanan,, tapi bersifat harian  (hari ini makan dari mana,,? hari ini makan atau tidak,,,?). Padahal KSM yang mengelola dana kegiatan sosial, paling-paling hanya dapat memberikan santunan dari keuntungan usaha produktif yang dikelolanya hanya dalam periode enam bulanan,,,, (.....????).
Beranjak dari kesadaran itu, akhirnya 10 orang anggota Kel. Pemuda Saung Eurih bersepakat menyisihkan uang seribu per hari per orang, yang dikumpulkan secara sukarela setiap tanggal 12 yang selanjutnya mereka belanjakan kebutuhan pokok untuk diberikan kepada warga miskin yang menurut mereka layak menerimanya. "Lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat walaupun kecil/sedikit daripada hanya berpikir ingin melakukan sesuatu yang besar namun tidak melakukan apa-apa", prinsip itulah yang mendorong mereka berbuat, dan akhirnya meresonansi gerakan kepedulian kepada lingkungannya.
Telah tiga bulan berjalan gerakan kepedulian yang mereka namakan "GEUS SEUBEUH" (Gerakan Seribu Sehari) itu, dalam Bahasa Indonesia "GEUS SEUBEUH" berarti "SUDAH KENYANG", kini selain 10 orang anggota KSM Pemuda Saung Eurih tersebut, telah bertambah lagi 2 orang peduli yang secara sukarela ikut-serta dalam gerakan mulia ini, bukan hanya itu, bahkan salahsatu Tim Fasilitator pun kini melakukan gerakan serupa, ada pula KSM yang setelah mendengar kisah ini kemudian menjalin kerjasama dengan UPZ (Unit Pengelola Zakat) di desanya, luar biasa, gerakan kepedulian ini telah ber-resonansi, semoga resonansinya semakin besar dan semakin luas, amien.
Sementara ada pihak-pihak tertentu yang masih (sekedar) menyibukkan diri dengan kekhawatiran kegiatan sosial yang didanai program PNPM ini tidak berkelanjutan dan tidak tepat sasaran, Kelompok Pemuda Saung Eurih sudah melangkah jauh dengan melakukan penggalangan dana sosial dan melaksanakan santunan kepada warga miskin jompo,,, secara mandiri dan periodik.
Jadi, mari berbuat chik, jangan hanya menggeluti konsep dan diskusi tentang kepedulian, atau update status dan nulis di blog saja...! 
Salam.
(by : Chik - in Refleksi Pembelajaran Realitas Lapang)  

Gerakan Inspiratif : Kepedulian Komunitas Pemuda Saung Eurih


Terbang melayang di angkasa seperti burung elang sambil mengawasi daratan itu memang nikmat dan pasti mempesona,,, namun bila kelamaan "berfikir ngawang-ngawang" alias "tidak membumi" tampaknya malah bisa-jadi sia-sia, sebab kenyataan hidup adanya di bumi, sebab pembelajaran hidup adanya dalam realitas kehidupan. Demikian pun dalam hal berpikir tentang pemberdayaan masyarakat, bila kita hanya sebatas menggeluti konsep tanpa mau (mulai) melakukan sesuatu sekecil apapun, maka kita hanya akan pandai berteori, namun tidak merubah apapun,,,
Terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam kelompok yang menamakan dirinya "Kelompok Pemuda Saung Eurih" yang mengelola kegiatan sosial dalam kegiatan PNPM-Perkotaan di Kelurahan Cicurug - Majalengka, sungguh seperti pendaratan- pikiran yang berjalan-mulus di sebuah oase yang sejuk.
Berawal dari bersentuhannya para pemuda dengan persoalan sosial sepasang kakek-nenek lansia miskin yang tinggal di rumah tidak layak huni yang letaknya bersebelahan dengan Saung Eurih tempat mereka nongkrong dan diskusi,,
Once upon time in Saung Eurih, para pemuda tersebut mendengar kabar bahwa kakek-nenek itu sakit, tergeraklah mereka untuk menjenguknya. Benar saja, kakek-nenek itu dua-duanya sakit, walaupun bukan sakit keras, dan hanya demam-flu, tapi kakek-nenek itu memang sakit, dan membiarkan sakitnya karena memang tidak memiliki uang untuk berobat, bahkan tidak memiliki siapapun untuk teman bicara walaupun hanya untuk sekedar mendengar keluhannya, sehingga kepada para pemuda itulah kakek-nenek itu menyampaikan harapannya.
"Jang, aki teh hayang dipariksa ka mantri, meunang kitu tilu-rebu, dan aki ngan boga duitna oge tilu rebu", artinya "Nak, kakek pengen diperiksa sama mantri, dapat enggak ya tiga ribu biayanya, soalnya kakek cuma punya uangnya juga tiga ribu rupiah",, Subhanallah,,,
Sebuah realitas yang sangat menyentuh, realitas yang menggerakkan nurani para pemuda tersebut, sehingga tercetuslah inisiatif mereka untuk membantu memeriksakan (dan membantu biaya berobat) kakek-nenek tersebut dengan menghadirkan mantri, tapi ketika melihat kondisi kemiskinan kakek-nenek tersebut maka mantri-pun menolak untuk dibayar,, 
Tibalah saatnya minum obat yang diberikan tadi, anak-anak muda itu menyarankan agar si kakek-nenek makan terlebih dahulu sebelum minum obat. Namun ternyata, di situ hanya ada nasi-liwet tanpa lauk pauk bekas makan kemarin, yang mungkin sudah dingin dan basi, yang harus dipanaskan kembali bila mau dimakan,,, MasyaAllah...!
Andai jantung para pemuda itu berhenti berdegup, andai mata mereka berkaca-kaca, andai tak ada lagi kata-kata yang dapat terucap karena lidah tercekat menyaksikan kenyataan yang memilukan itu, dapat dimaklumi,, karena mereka akhirnya jadi saksi atas akibat ketidak-adilan yang terjadi, jadi saksi atas akibat yang ditimbulkan oleh korupsi, ketidak-pedulian, pembangunan yang salah sasaran,,, sebab mereka jadi saksi atas kondisi kemiskinan yang real yang ada di hadapan mata-kepala mereka sendiri.
Sungguh pengalaman bathin yang luar biasa karena tidak setiap orang dapat mengalami dan menemukan hal-hal yang istimewa seperti itu secara langsung, memang mereka marah, mereka sedih, lidah mereka tercekat,  mata mereka berkaca-kaca,, namun tak cukup sampai disitu, "kemarahankesedihandanlidahtercekatsertaairmatayangmembasahimatamereka" itu mereka jadikan energi untuk langsung melangkah, merogoh kocek, membeli rotisusuberasdanlaukpauk yang saat itu juga langsung diberikannya kepada kakek-nenek dengan harapan obatnya dapat segera diminum dengan didahului makan roti dan minum susu,,, 
Yang lebih menyentuh lagi, ketika Tim Fasilitator memberikan bantuan berbentuk uang, besoknya kakek-nenek itu mengumpulkan anak-anak miskin tetangganya dan sebagian uang yang diterimanya tersebut dia kasihkan kepada anak-anak itu, dengan ungkapan yang sangat bersahaja dan mengharukan : "Saya juga pengen memberi kalau lagi punya uang mah",,, luarbiasa.
Pembelajaran dari realitas di atas menumbuhkan kesadaran & kepedulian yang luarbiasa, akhirnya mereka tahu bahwa persoalan hidup dalam sebuah keluarga miskin itu bukan periode tahunan, enam-bulanan atau tiga-bulanan,, tapi bersifat harian  (hari ini makan dari mana,,? hari ini makan atau tidak,,,?). Padahal KSM yang mengelola dana kegiatan sosial, paling-paling hanya dapat memberikan santunan dari keuntungan usaha produktif yang dikelolanya hanya dalam periode enam bulanan,,,, (.....????).
Beranjak dari kesadaran itu, akhirnya 10 orang anggota Kel. Pemuda Saung Eurih bersepakat menyisihkan uang seribu per hari per orang, yang dikumpulkan secara sukarela setiap tanggal 12 yang selanjutnya mereka belanjakan kebutuhan pokok untuk diberikan kepada warga miskin yang menurut mereka layak menerimanya. "Lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat walaupun kecil/sedikit daripada hanya berpikir ingin melakukan sesuatu yang besar namun tidak melakukan apa-apa", prinsip itulah yang mendorong mereka berbuat, dan akhirnya meresonansi gerakan kepedulian kepada lingkungannya.
Telah tiga bulan berjalan gerakan kepedulian yang mereka namakan "GEUS SEUBEUH" (Gerakan Seribu Sehari) itu, dalam Bahasa Indonesia "GEUS SEUBEUH" berarti "SUDAH KENYANG", kini selain 10 orang anggota KSM Pemuda Saung Eurih tersebut, telah bertambah lagi 2 orang peduli yang secara sukarela ikut-serta dalam gerakan mulia ini, bukan hanya itu, bahkan salahsatu Tim Fasilitator pun kini melakukan gerakan serupa, ada pula KSM yang setelah mendengar kisah ini kemudian menjalin kerjasama dengan UPZ (Unit Pengelola Zakat) di desanya, luar biasa, gerakan kepedulian ini telah ber-resonansi, semoga resonansinya semakin besar dan semakin luas, amien.
Sementara ada pihak-pihak tertentu yang masih (sekedar) menyibukkan diri dengan kekhawatiran kegiatan sosial yang didanai program PNPM ini tidak berkelanjutan dan tidak tepat sasaran, Kelompok Pemuda Saung Eurih sudah melangkah jauh dengan melakukan penggalangan dana sosial dan melaksanakan santunan kepada warga miskin jompo,,, secara mandiri dan periodik.
Jadi, mari berbuat chik, jangan hanya menggeluti konsep dan diskusi tentang kepedulian, atau update status dan nulis di blog saja...! 
Salam.
(by : Chik - in Refleksi Pembelajaran Realitas Lapang)  

Rabu, 11 Juli 2012

Seberapa Besarkah Bumi Kita?



Rasanya Bumi yang kelilingnya 40.000 km ini sangat besar bagi kita. Untuk pergi ke Amerika atau Afrika saja jauh sekali. Apalagi jika sampai harus ke Antartika.

Tapi coba kita lihat besar Bumi kita dengan ciptaan Allah lainnya. Ternyata tidak ada apa-apanya. Bahkan bintang yang terbesar pun hanya satu titik dibanding Galaksi, Cluster, Super Cluster, Jagad Raya.
Tapi di atas semua itu kita harus yakin bahwa Allah pencipta Semesta Alam jauh lebih besar dari semua itu. Allah Maha Besar!


Ukuran Bumi dibanding Planet Jupiter

Ukuran Bumi dibanding Matahari. Diameter (lebar) matahari 1.391.980 km. Jika bumi “dimasukkan” ke matahari, ada 1,3 juta bumi yang bisa masuk.

Ukuran Matahari dibanding Bintang Arcturus

Ukuran Matahari dibanding Bintang Antares. Saat ini bumi sudah tidak bisa dilihat lagi. Diameter Antares 804.672.000 km.




Kalau anda menganggap Antares sudah sangat besar, ternyata bintang itu masih belum apa-apa dibanding dengan galaksi seperti Galaksi Bimasakti yang terdiri dari ratusan milyar bintang dengan lebar hingga 100 ribu tahun cahaya (1 detik cahaya=300.000 km).




Galaksi itu pun tidak seberapa jika dibanding dengan Cluster (Kumpulan) Galaksi yang terdiri dari ribuan Galaksi.




Tapi di atas Cluster masih ada Super Cluster yang terdiri dari ribuan Cluster. Ribuan Super Cluster akhirnya membentuk jagad raya.




Saat ini diperkirakan Jagad Raya (Universe) lebarnya 30 milyar tahun cahaya. Tapi ini cuma angka sementara mengingat teleskop tercanggih saat ini “cuma” bisa mencapai jarak 15 milyar tahun cahaya!
Ini baru langit ke 1. Belum langit ke 2, langit ke 3, hingga langit ke 7 di mana saat Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad sampai hingga ke sana.
Jika dunia ini begitu luas, maka Allah menegaskan bahwa akhirat itu lebih baik dan lebih kekal. Jauh lebih luas lagi dari dunia!

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya? Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.” [Al Baqarah 255]

Alam semesta ini begitu besar. Namun Allah selaku pencipta jauh lebih besar.
Maha Besar Allah Tuhan Pencipta Alam!
Maka bertasbihlah kepada Allah!


http://syiarislam.wordpress.com/2010/03/12/seberapa-besarkah-bumi-kita-allah-maha-besar

Minggu, 01 Juli 2012

Kasih Sayang Seorang Ibu



Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya
Suaminya sudah lama meninggal karena sakit
Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya.
Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu sukamencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi

Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi

Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati”

Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya

Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap
Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari
di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi

Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”


Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan
Tapi keputusan sudah bulat, anakknya harus menjalani hukuman

Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan

Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya

Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba

Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang

Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada
Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat

Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah

Tahukah anda apa yang terjadi?

Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah
dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi,
dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng

Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata
Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan
Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.

Subhanallah,, tak ada yang dapat ddisetarakan dengan besarnya kasihsayang seorang ibu kepada anaknya,,

Dari : Cerita Inspirasi/Motivasi

Kisah Menyentuh Seorang Ibu Tua


Konon pada jaman dahulu, di Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya tidak diketahui lagi nasibnya.

Alkisah ada seorang anak yang membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah sampai",kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan ,merawatnya dengan baik sampai ibunya meninggal dunia.

Mungkin cerita diatas hanya dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba. kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jkalau ada waktu saja.

Kiranya cerita diatas bisa membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda, membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi seperti sekarang ini.

How about us.....?

Sumber : Cerita Motivasi