Terbang melayang di angkasa seperti burung elang sambil mengawasi daratan itu memang nikmat dan pasti mempesona,,, namun bila kelamaan "berfikir ngawang-ngawang" alias "tidak membumi" tampaknya malah bisa-jadi sia-sia, sebab kenyataan hidup adanya di bumi, sebab pembelajaran hidup adanya dalam realitas kehidupan. Demikian pun dalam hal berpikir tentang pemberdayaan masyarakat, bila kita hanya sebatas menggeluti konsep tanpa mau (mulai) melakukan sesuatu sekecil apapun, maka kita hanya akan pandai berteori, namun tidak merubah apapun,,,
Terinspirasi oleh apa yang dilakukan oleh sekelompok anak muda yang tergabung dalam kelompok yang menamakan dirinya "Kelompok Pemuda Saung Eurih" yang mengelola kegiatan sosial dalam kegiatan PNPM-Perkotaan di Kelurahan Cicurug - Majalengka, sungguh seperti pendaratan- pikiran yang berjalan-mulus di sebuah oase yang sejuk.
Berawal dari bersentuhannya para pemuda dengan persoalan sosial sepasang kakek-nenek lansia miskin yang tinggal di rumah tidak layak huni yang letaknya bersebelahan dengan Saung Eurih tempat mereka nongkrong dan diskusi,,
Once upon time in Saung Eurih, para pemuda tersebut mendengar kabar bahwa kakek-nenek itu sakit, tergeraklah mereka untuk menjenguknya. Benar saja, kakek-nenek itu dua-duanya sakit, walaupun bukan sakit keras, dan hanya demam-flu, tapi kakek-nenek itu memang sakit, dan membiarkan sakitnya karena memang tidak memiliki uang untuk berobat, bahkan tidak memiliki siapapun untuk teman bicara walaupun hanya untuk sekedar mendengar keluhannya, sehingga kepada para pemuda itulah kakek-nenek itu menyampaikan harapannya.
"Jang, aki teh hayang dipariksa ka mantri, meunang kitu tilu-rebu, dan aki ngan boga duitna oge tilu rebu", artinya "Nak, kakek pengen diperiksa sama mantri, dapat enggak ya tiga ribu biayanya, soalnya kakek cuma punya uangnya juga tiga ribu rupiah",, Subhanallah,,,
Sebuah realitas yang sangat menyentuh, realitas yang menggerakkan nurani para pemuda tersebut, sehingga tercetuslah inisiatif mereka untuk membantu memeriksakan (dan membantu biaya berobat) kakek-nenek tersebut dengan menghadirkan mantri, tapi ketika melihat kondisi kemiskinan kakek-nenek tersebut maka mantri-pun menolak untuk dibayar,,
Tibalah saatnya minum obat yang diberikan tadi, anak-anak muda itu menyarankan agar si kakek-nenek makan terlebih dahulu sebelum minum obat. Namun ternyata, di situ hanya ada nasi-liwet tanpa lauk pauk bekas makan kemarin, yang mungkin sudah dingin dan basi, yang harus dipanaskan kembali bila mau dimakan,,, MasyaAllah...!
Andai jantung para pemuda itu berhenti berdegup, andai mata mereka berkaca-kaca, andai tak ada lagi kata-kata yang dapat terucap karena lidah tercekat menyaksikan kenyataan yang memilukan itu, dapat dimaklumi,, karena mereka akhirnya jadi saksi atas akibat ketidak-adilan yang terjadi, jadi saksi atas akibat yang ditimbulkan oleh korupsi, ketidak-pedulian, pembangunan yang salah sasaran,,, sebab mereka jadi saksi atas kondisi kemiskinan yang real yang ada di hadapan mata-kepala mereka sendiri.
Sungguh pengalaman bathin yang luar biasa karena tidak setiap orang dapat mengalami dan menemukan hal-hal yang istimewa seperti itu secara langsung, memang mereka marah, mereka sedih, lidah mereka tercekat, mata mereka berkaca-kaca,, namun tak cukup sampai disitu, "kemarahankesedihandanlidahtercekatsertaairmatayangmembasahimatamereka" itu mereka jadikan energi untuk langsung melangkah, merogoh kocek, membeli rotisusuberasdanlaukpauk yang saat itu juga langsung diberikannya kepada kakek-nenek dengan harapan obatnya dapat segera diminum dengan didahului makan roti dan minum susu,,,
Yang lebih menyentuh lagi, ketika Tim Fasilitator memberikan bantuan berbentuk uang, besoknya kakek-nenek itu mengumpulkan anak-anak miskin tetangganya dan sebagian uang yang diterimanya tersebut dia kasihkan kepada anak-anak itu, dengan ungkapan yang sangat bersahaja dan mengharukan : "Saya juga pengen memberi kalau lagi punya uang mah",,, luarbiasa.
Pembelajaran dari realitas di atas menumbuhkan kesadaran & kepedulian yang luarbiasa, akhirnya mereka tahu bahwa persoalan hidup dalam sebuah keluarga miskin itu bukan periode tahunan, enam-bulanan atau tiga-bulanan,, tapi bersifat harian (hari ini makan dari mana,,? hari ini makan atau tidak,,,?). Padahal KSM yang mengelola dana kegiatan sosial, paling-paling hanya dapat memberikan santunan dari keuntungan usaha produktif yang dikelolanya hanya dalam periode enam bulanan,,,, (.....????).
Beranjak dari kesadaran itu, akhirnya 10 orang anggota Kel. Pemuda Saung Eurih bersepakat menyisihkan uang seribu per hari per orang, yang dikumpulkan secara sukarela setiap tanggal 12 yang selanjutnya mereka belanjakan kebutuhan pokok untuk diberikan kepada warga miskin yang menurut mereka layak menerimanya. "Lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat walaupun kecil/sedikit daripada hanya berpikir ingin melakukan sesuatu yang besar namun tidak melakukan apa-apa", prinsip itulah yang mendorong mereka berbuat, dan akhirnya meresonansi gerakan kepedulian kepada lingkungannya.
Telah tiga bulan berjalan gerakan kepedulian yang mereka namakan "GEUS SEUBEUH" (Gerakan Seribu Sehari) itu, dalam Bahasa Indonesia "GEUS SEUBEUH" berarti "SUDAH KENYANG", kini selain 10 orang anggota KSM Pemuda Saung Eurih tersebut, telah bertambah lagi 2 orang peduli yang secara sukarela ikut-serta dalam gerakan mulia ini, bukan hanya itu, bahkan salahsatu Tim Fasilitator pun kini melakukan gerakan serupa, ada pula KSM yang setelah mendengar kisah ini kemudian menjalin kerjasama dengan UPZ (Unit Pengelola Zakat) di desanya, luar biasa, gerakan kepedulian ini telah ber-resonansi, semoga resonansinya semakin besar dan semakin luas, amien.
Sementara ada pihak-pihak tertentu yang masih (sekedar) menyibukkan diri dengan kekhawatiran kegiatan sosial yang didanai program PNPM ini tidak berkelanjutan dan tidak tepat sasaran, Kelompok Pemuda Saung Eurih sudah melangkah jauh dengan melakukan penggalangan dana sosial dan melaksanakan santunan kepada warga miskin jompo,,, secara mandiri dan periodik.
Jadi, mari berbuat chik, jangan hanya menggeluti konsep dan diskusi tentang kepedulian, atau update status dan nulis di blog saja...!
Salam.
(by : Chik - in Refleksi Pembelajaran Realitas Lapang)
butuh kepedulian untuk menyelesaikan permasalahan sosial di sekitar kita.....
BalasHapusTrims,, tentu saja seperti itu,, mariiii,,,,
BalasHapuspak chik..
BalasHapusmantap lah..inspiratif..
mung abdi kenging usul ieu mah nya..punten..latar blog na hideung, seratan na bodas..panon abdi mah jd rada serab..hehehehe..
nuhunnnnnnn,,,,,, om,,,
BalasHapusSubhanallah........
BalasHapusBegitulah d,, terbukti lapangan adalah sekolah yg luarbiasaaa,,, subhanallah,, a bnyk bljar
Hapus