Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Kamis, 02 Agustus 2012

"ANAK TIRI IBU PERTIWI"




“Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”
Sila terakhir yang kulafalkan pertama kali saat upacara bendera senin pagi awal tahun tujuh puluhan
selalu terngiang dan melekat basah di lidah,
yang sepertinya takkan pernah salah mengucapkannya sampai kapanpun
namun akhir-akhir ini ada satu pertanyaan yang menggangguku,
“Akupulakah Rakyat Itu?”
…………………………………………..

Bila memang aku juga rakyat yang tersurat dalam sila terakhir itu
kenapa kau tinggalkan aku di kampung kumuh tak berbekal makanan dan minuman yang cukup?
kenapa kau suruh orang-orang berseragam tangkapi aku, seret aku, masukkan aku ke dalam penjara yang mereka sebut pembinaan?
kenapa kau biarkan aku keluar dari penjara tanpa kau beri aku pakaian yang layak sehingga aku tetap tidak dapat membaur dengan lingkungan yang kau bangun dengan bau kapitalisme?
kenapa air susu yang kau berikan padaku tidak sama manisnya dengan air susu yang kau berikan kepada saudara-saudaraku yang lain yang membuat saudara-saudaraku hidup lebih sehat dan cerdas?

Ahhhhh….
tak kupungkiri aku memang menikmati pula yang kau bangun ibu,
jalan-jalan yang mulus aku nikmati
Gedung-gedung yang tinggi aku nikmati walau hanya sebagai tempat peneduh sementara bagiku ketika aku berjalan di matahari pagi dan sore dengan bayangannya
gekolah-sekolah yang megah aku lihat pula,
rumahsakit-rumahsakit yang mentereng aku lihat pula
tapi mereka tak mau mengajariku ketika aku butuh pendidikan
tapi tak mau mengobatiku ketika aku sakit dan butuh pertolongan
dan malah mereka mencibir dengan kesombongannya melihat pakaianku yang compang-camping ketika aku mendekati mereka seakan aku adalah tumpukan sampah yang bau dan kotor
hanya buat merekalah kau buat dan kau bangun semua itu ibu?

aku mengais makanan di sela-sela keangkuhan bangunan yang kau bangun ibu
aku berjalan di atas jalan yang kau bangun,, sendiri,, sepi
seakan tak ada yang mengenalku bahwa akupun salah satu anakmu
apakah kau tak memperkenalkan aku kepada saudara-saudaraku yang lain Ibu?
malukah engkau mengakui aku sebagai anakmu pula?

Ibu,,,
bila aku menuntut
bukan berarti aku ingin belas-kasihmu
aku hanya menuntut hakku sebagai salah seorang anak yang engkau lahirkan untuk diperlakukan sama sebagai anak
yang butuh air susumu
yang butuh pendidikan agar aku dapat menghitung sisa umurku
yang butuh pakaian untuk membedakan diri dari binatang liar
yang butuh sandang untuk menutupi auratku ketika aku beribadah
yang butuh perlindungan kala aku terancam
yang butuh pengobatan ketika aku sakit
yang butuh kasih sayangmu,,
yang butuh belaian lembutmu saat aku gelisah,,
yang butuh pelukanmu untuk menenangkan hatiku saat aku marah…. !

tapi tak kupungkiri akupun pernah merasakan kebaikan saudara-saudaraku itu ibu
pernah kuterima memang pemberian dari saudara-saudara sekandung walaupun tak setiap saat mereka memberiku,
walaupun selalu pemberian bersarat
pernah kuterima pula pemberian-pemberian yang sepertinya berisi kepedulian, namun bagiku itu hanyalah saweran yang apabila aku mau mendapatkannya maka aku harus mau berebut berdesakkan saling-menginjak menyikut bahkan mendorong sehingga kadang aku terluka berdarah

jangan marah bila saat ini aku merasa kehilangan makna akan pancasila yang kau agungkan dan kau ajarkan padaku sejak tempo dulu aku kecil
sebab pancasila yang dulu kau kenalkan padaku demikian agung ternyata sekarang hanya jadi kebanggaan semu
sebab pancasilamu kini hanya jadi alat penguasa untuk mengikat semua yang ada disekelilingnya agar terbelenggu seperti kerbau dicocok hidung
sebab pancasilamu kini hanya sebuah penggalan sajak yang hanya diucapkan pada saat tertentu dengan tanpa makna tanpa jiwa tanpa kesungguhan

akulah,,
salah satu anakmu yang jadi korban atas pancasila yang dikebiri anak-anakmu lainnya ibu
akulah tumbal dari kesewenangan dan keserakahan anak-anakmu lainnya yang tumbuh dan berkembang dengan nafas kapitalisme yang entah darimana mereka dapatkan
tak ada keadilan bagiku
tak ada kesetaraan bagiku
tak ada kesejahteraan bagiku
tak ada kelembutan kasihsayang bagiku

ahhhh,,,
termasuk akukah rakyat itu ibu…?
Apakah engkau - pertiwi - ibu kandungku juga,,,,?


"Yang Termarginalkan"
CHIK - IN GM - AUGUST 2TH, 2012

3 komentar:

  1. “Maaf dari ibu –tiri—pertiwi”
    Maafkan anakku..
    Maafkan aku karena saudara2 kalian memaksaku menjadikan sebagian besar kalian menjadi anak tiri di rumah kalian sendiri..

    Maaf.. karena aku dengan kesadaran ku yang amat sangat menjadikan suadara2 kalian anak emas yang begitu berkilau di tengah ke buraman dari sebagian besar kalian..

    Maaf anakku bila kalian merasa di rumah ini sudah tidak ada lagi keadilan..
    Walau..
    Sesungguhnya kalian salah..
    Karena bukankah adil adalah “sesuai proporsi”..
    Bukan kah aku sudah adil..
    Borjuis boleh menanam modal dan berarti keuntungan sebesar-besarnya..
    Birokrat boleh mendapat gaji dengan insentif peluang untuk korupsi..
    Legislatif dan eksekutif boleh membuat kebijakan dengan insentif dapat membuat aturan yang hanya menguntungkan mereka dan golongannya..
    Dan saudara kita sang yudikatif boleh mejadi pembenar bagi salah, dan menjadikan salah bagi yang benar..
    Dan..
    Kalian anak2 ku kaum marjinal..
    Hak kalian adalah menjadi objek dari anak2 ku yang sudah bekerja keras dan berpikir atas nama cinta dan keadilan sesama saudaranya..
    Hanya menjadi objek..
    Ya benar Objek Penderita..

    Bagiku ini adil anakku..
    Bukankah Objek ada karena Subjek..dan begitupun sebaliknya..

    Bukankah ini adil anakku?

    --riki arrohman--

    BalasHapus
  2. hikma_once@yahoo.co.id4 Agu 2012, 03.14.00

    keren brow,,,, makasih, salam

    BalasHapus
  3. apa yang engkau tuai adalah apa yang engkau tanam, anakku....
    semua anak di bumi ini selalu bertanya tentang haknya....
    bagai mana dengan hakku yang merupakan kewajiban mu, nak ?!
    kalian selalu ribut tentang rasa simpatik padahal kalian baru sampai ber-empatik saja,,,, itu pun kalian sudah ributkan....

    tidak kah itu munafik anakku ....?!

    BalasHapus