Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Selasa, 13 Desember 2016

PUCAT PASI SAWAHKU

Siapa bilang kedaulatan pangan kita terancam?
Buktinya sebagian besar dari kita masih makan cukup setiap harinya
Dan bersisa...
yang selalu kita lempar ke ayam milik tetangga yang sering mengotori teras setiap paginya
(makanan kemaren dulu yang sudah dihangatkan satu dua tiga kali hingga hilang rasanya)
Dan ayampun muntah....

Siapa bilang sawah di negeri kita tak subur lagi?
Lihatlah itu dia masih hijau menyejukkan matamu
Walau tak sejauh mata memandang lagi
Tapi tetaplah hijau

Siapa bilang sawah di kampung kita tak subur lagi?
Lihatlah itu dia masih hijau muda pucat pasi
Dan sudah bukan milik kita lagi
Karena telah ditukar menjadi ijazah sarjana anak-anak kita yang hari ini masih berebut sesuatu yang tak pasti
Sawah kita tetap subur, tapi tak lagi sehijau kemarin pagi

Siapa bilang sawah di kampung kita tak subur lagi?
Lihatlah itu dia semakin hijau menyilaukan mata hati
Saking suburnya sawah kita bukan hanya menghasilkan padi, jagung dan kedelai
Kini di lahan sawah kita telah tumbuh perumahan dan minimarket yang tak henti tumbuh bak rumput teki
Bahkan jalan tol dan bandara pun tumbuh diatas lahan sawah kita
Tak peduli pita kaset dan orang-orangan untuk menakuti burung yang dipasang di setiap sudut batas lahan kita
Dan mengusir bolokotono yang biasa hinggap di kangkung belanda yang tumbuh di pematang
Bahkan tikus dan ular penghuni lubang-lubang tersembunyi di pematang pun terusir dan lari terbirit-birit
Tak kuat menahan bisingnya sirine intimidasi dan beratnya buldozer yang memporakporandakan lubang persembunyian
Sawah kita semakin subur, tapi merah tak lagi hijau, menyilaukan

Kini bermain lumpur saat tandur sudah jadi bagian dari piknik bagi anak-anak kita
Hijaunya padi, jagung dan kedelai di pesawahan hanya dapat dilihat di media sosial dalam genggaman tangan dunia maya anak-anak kita
Takutku adalah, bila anak-anak kita nantinya tak mengenal dari mana padi yang mereka makan setiap harinya
Takutku adalah, anak-anak kita tak mengenal lagi petani  dan kemudian tercabut dari akar budaya nenek-moyangnya
Takutku adalah, padi, jagung dan kedelai hanya akan dianggap sebagai hal-hal abstrak karena belum pernah dilihatnya secara nyata
Takutku adalah, bila tak ada lagi yang takut bila kenyataannya makanan yang dimakannya bukan berasal dari tanah di negeri tempat dimana ia harus merasa bangga
Takutku adalah, bila membanjirnya uang seperti air bah sebagai pengganti lahan sawah yang hilang membuat orang-orang merasa merdeka dan berdaulat karena meyakini uang adalah segalanya
Takutku adalah, mereka lupa bahwa uang tak dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang tidak ada

Siapa bilang kedaulatan pangan kita terancam?
Buktinya sampai hari ini, kita masih bisa saling-memakan satu sama lain...!


Chik Hikmawan Priemathez - Girimadani Senter – April 2016




Tidak ada komentar:

Posting Komentar