Setiap tahun, pada akhir dan awal tahun, kita selalu dihadapkan pada realita yang menyedihkan, banjir dimana-mana. Berbagai upaya pastinya sudah dilakukan oleh berbagai pihak, namun sampai dengan awal tahun 2014 ini pengaruh atas upaya penanganan banjir seakan belum terlihat, banjir tetap terjadi, bahkan bertambah meluas ke daerah-daerah yang sebelumnya tidak mengalami musibah tahunan ini.
Duka dan rasa prihatin yang dalam bagi saudara-saudaraku yang terkena musibah, baik itu di Jakarta, Manado, Subang, Indramayu, Jawa Tengah dan Jawa Timur serta wilayah-wilayah Indonesia lainnya. Secara pribadi penulis hanya dapat berdoa, semoga banjir segera surut, para korban tetap sehat dan tabah sehingga ketika banjir surut nanti dapat melanjutkan kehidupannya dengan baik.
Secara kritis mari kita lihat penyebab terjadinya banjir. Secara sederhana banjir dapat didefinisikan sebagai keadaan dimana debit air permukaan meluap dan melebihi daya tampung danau, sungai, saluran air, waduk dan embung air sehingga air permukaan berada di pakarangan rumah kita, di jalan-jalan lingkungan kita, di jalan-jalan raya, bahkan di ruang tamu dan ruang keluarga serta dapur kita, hmmmm,,,, bahkan di kamar yang biasanya hanya ada istri/suami yang tertidur menantang pun kini isinya air melulu,,, ohhhh banjir.
Ketika semua ini terjadi, lalu telunjuk kita pun menjadi liar tanjak-tunjuk kesana kemari menyalahkan pihak-pihak yang bisa kita persalahkan, pemerintahlah yang salah karena tidak benar dalam menyusun RTRW daerahnya, karena terlalu bernafsu membangun tanpa memperhatikan AMDAL, karena tidak mentaati undang-undang yang menuntut penyediaan ruang terbuka hijau 30% di setiap kota, karena tidak mengeruk sungai dengan baik padahal anggaran untuk itu ada, karena hanya membangun gedung, jalan, perumahan, pabrik-pabrik sehingga menghabiskan lahan terbuka sebagai daerah resapan, karena mereka korup sehingga anggaran untuk pembangunan yang bersifat pencegahan pun tidak dilaksanakan karena uangnya masuk kantong pribadi untuk memperkaya diri dan untuk menambah istri atau bahkan untuk membeli suami brondong, hehe,
atau para pengusaha dan penguasa hutanlah yang salah karena mereka hanya gemar menebang pohon dan abai menanamnya kembali, karena mereka membangun usahanya dengan menyediakan villa-villa indah dan nyaman di daerah yang seharusnya tidak boleh dibangun,,
Tidak salah pula jari kita menunjuk pada muka mereka sebab mereka pantas dan layak pula dipersalahkan, sebab ulah merekalah yang membuat puluhan ribu orang harus diam di pengungsian yang serba darurat, puluhan orang meninggal dunia, ribuan keluarga kehilangan tempat tinggal dan seisinya sehingga harus memulai kembali kehidupannya dari nol, jalanan macet dimana-mana sehingga menghambat arus distribusi barang dan pasti akan menyebabkan inflasi, lalu-lintas ekonomi terganggu, kegiatan kerja di tempat-tempat produksi menjadi tidak efektif, bahkan banyak pula kantor pemerintah yang terendam sehingga tidak dapat melayani rakyatnya, ahhh,,, entah berapa puluh atau ratus trilyun kerugian akibat banjir ini,,, ini benar-benar musibah (musim air bah), maafkan kami Tuhan,,,
Lalu cukupkah hanya dengan saling menyalahkan? Rasanya tidak, sebab kita pun tampaknya punya kontribusi sebagai penyebab semua ini terjadi ketika kita diam saat melihat para pemimpin dan pejabat korupsi, saat melihat para pengambil kebijakan menerapkan kebijakan yang salah, atau saat melihat para pengusaha merusak hutan dan menanaminya dengan gedung-gedung,,, jadi mari lawan mereka, lawan kebijakan-kebijakan yang merugikan kita dengan lantang sebab uang kita harus bermanfaat bagi masa depan generasi yang akan datang.
Dan,,, mari lawan diri kita sendiri yang selalu buang puntung rokok sembarangan, buang sampah sembarangan, dan mari kita rangsang diri kita sendiri untuk gemar menanam pohon, membuat lubang resapan di pekarangan rumah kita walaupun hanya 1 atau 2 buah, mari buang sampah pada tempatnya dan sebaiknya kita daur ulang sampah itu menjadi barang-barang yang bermanfaat tapi murah sehingga sampah yang tadinya berada di tempat kotor dapat pindah ke meja tamu, rak buku, meja makan dan ruang-ruang lain di rumah kita,, mari jadikan ini sebagai budaya baru yang akan membuat hidup jadi lestari.
Banjir memang musibah yang menyedihkan, namun kita pun menjadi tersenyum trenyuh saat melihat anak-anak di wilayah banjir dengan gembira berenang dan bermain air, ohhh anak-anakku yang kehilangan tempat bermain,,,,
Tapi senyum trenyuh berubah menjadi senyum nyinyir saat melihat para pejabat datang dengan membawa program bantuan berlagak seperti pahlawan, kenapa hanya aktif mengobati (kuratif) dan bukan sejak awal mencegah (preventif)?
Senyum kita berubah lagi jadi seringai, tatkala melihat partai-partai mendirikan posko dan mengibarkan bendera partainya, serta memasangi biskuit bantuan pemerintah dengan sticker alat kampanye pencalonan para anggotanya,,, seringai pun akhirnya berujung mual, muak dan muntah melihat kemurtadan sosial ini.
Banjir, bagi kita adalah musibah,,, bagi mereka adalah destinasi wisata baru,,, subhanallah.
(teriring duka dan doa bagi saudara-saudaraku yang terkena musibah,,,)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar