Laman

Development is Freedom . . . . . . . Pembangunan Adalah Pembebasan

Sesungguhnya Sesudah Kesulitan Itu Ada Kemudahan

Selasa, 31 Januari 2012

Rendra, Tetaplah Berpuisi,,,,!


Sajak Sebatang Lisong


menghisap sebatang lisong
melihat Indonesia Raya
mendengar 130 juta rakyat
dan di langit
dua tiga cukung mengangkang
berak di atas kepala mereka


matahari terbit
fajar tiba
dan aku melihat delapan juta kanak - kanak
tanpa pendidikan


aku bertanya
tetapi pertanyaan - pertanyaanku
membentur meja kekuasaan yang macet
dan papantulis - papantulis para pendidik
yang terlepas dari persoalan kehidupan
..................
..................
..................
kita mesti berhenti membeli rumus - rumus asing
diktat - diktat hanya boleh memberi metode
tetapi kita sendiri mesti merumuskan keadaan
kita mesti keluar ke jalan raya
keluar ke desa - desa
mencatat sendiri semua gejala
dan menghayati persoalan yang nyata


inilah sajakku
pamplet masa darurat
apakah artinya kesenian
bila terpisah dari derita lingkungan
apakah artinya berpikir
bila terpisah dari masalah kehidupan


RENDRA
(itb bandung - 19 agustus 1978)/dari: http://www.ruanghati.com

 
Rendra, almarhum, yang terlahir dengan nama Willibrordus Surendra Broto Rendra, dimataku ia bukan hanya Burung Merak,,, 
dari potongan puisi "Sajak Sebatang Liong" yang menggambarkan betapa gelisah & marah jiwanya melihat kenyataan pembangunan pendidikan kita,  
ia adalah "Garuda",  
bahkan lebih "Garuda" dari orang-orang yang menyematkan Lambang Garuda di dadanya sendiri. 
Rendra,, tetaplah berpuisi walaupun di panggung yang berbeda, sebab getarannya akan terasa sampai disini. SaLaM.

Senin, 30 Januari 2012

Iwan Fals - Antara Lagu, Kritik Sosial dan Penyadaran Kritis


Iwan Fals yang bernama lengkap Virgiawan Listanto, kelahiran Jakarta 03 September 1961  adalah seorang penyanyi beraliran balada dan Country yang menjadi salah satu legenda hidup di Indonesia.
Lewat lagu-lagunya, ia 'memotret' suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970-an hingga sekarang, serta kehidupan dunia pada umumnya, dan kehidupan itu sendiri. Kritik atas perilaku sekelompok orang (seperti Wakil Rakyat, Tante Lisa), empati bagi kelompok marginal (misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya. Namun demikian, Iwan Fals tidak hanya menyanyikan lagu ciptaannya sendiri tetapi juga sejumlah pencipta lain.
Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang bertema kritikan pada pemerintah. Pada bulan April tahun 1984 Iwan Fals harus berurusan dengan aparat keamanan dan sempat ditahan dan diinterogasi selama 2 minggu gara-gara menyanyikan lirik lagu Demokrasi Nasi dan Pola Sederhana juga Mbak Tini  pada sebuah konser di Pekanbaru. Sejak kejadian itu, Iwan Fals dan keluarganya sering mendapatkan teror.
Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar. Dia sangat dipuja oleh kaum 'akar rumput'. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. (dicuplik dari Wikipedia).
Melalui syair dan lagu, I-Fals melakukan kritik-sosial kepada penguasa, dan lewat lagu pula I-Fals melakukan penyadaran kritis bagi masyarakat,,,,
Kita…???
Teruslah berkarya, tetaplah peduli dan peka,,,,,  Salam.

Sabtu, 28 Januari 2012

APBD/ APBN Sebenarnya Milik Siapa…..???


Sebagai rakyat kecil (nan merdeka,,, he), mengamati perilaku pembangunan akhir-akhir ini, dunia terasa hingar-bingar penuh warna, di komunitas tertentu masyarakat sedang melaksanakan program “A” (yang katanya) dari Partai “M”, di komunitas lainnya ada program “B” dari Partai “B”, ada kegiatan program “C” dari Partai “C”, ada pula program “D” dari Partai “H”.
Tapi di sudut lainnya ada sekelompok masyarakat yang hanya duduk termangu menonton,,, kenapa? ternyata mereka adalah orang-orang yang bukan simpatisan partai trsebut, makanya tidak mendapatkan program, kasian,,,
Bisa jadi disinilah letak akar masalah kenapa capaian hasil pembangunan tidak pernah bisa berbanding lurus dengan besarnya anggaran yang dikeluarkan, karena  :
1.      1. Selama ini APBD/APBN selalu dikesankan sbg milik pemerintah, padahal bukankah seluruh anggaran itu berasal dari pajak seluruh rakyat? antara lain pajaknya Mbah Marhaen yang cuma Rp.12.000,- per tahun untuk sepetak gubug reyotnya, pajak prekedel-kentang, tahu, tempe, krupuk, sandal jepit, dll,,,, tapi kenapa ketika sudah jadi anggaran malah masyarakat kecil yang taat bayar pajak dilupakan hanya karena beda partai dengan penguasa?
2.   2. Di sisi lain ada pihak tertentu yang memanfatkan anggaran tsb untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya, untuk melanggengkan kekuasaannya, dengan memanfaatkan anggaran secara tertutup & semena-mena, dengan  berlagak seperti sinterklas atau pejabat dermawan yang pro-poor dengan berkata “ini bantuan dari saya, oleh sebab itu pilih (partai) saya”.
3.    3. Anggapan bahwa program yang mereka terima adalah “anugrah” atau kebaikan dari pejabat atau partai tertentu, maka berapapun besarnya anggaran tsb dipotong atasnama tanda terimakasih, administrasi, dll akan diterima dengan senang hati, tanpa merasa haknya telah dicuri, padahal anggaran itu adalah HAK rakyat sehingga harus utuh, sedangkan menyalurkan anggaran adalah KEWAJIBAN pemerintah karena sudah digaji, plus pensiun.  
Sampai kapan lugu dan tidak berdayanya masyarakat ini dipelihara & dimanfaatkan? Entahlah,,, tapi sebenarnya kita bisa merubahnya, paling tidak, mari kita mulai dengan menyamakan persepsi bahwa APBD/APBN adalah milik rakyat, bukan milik pemerintah apalagi partai, oleh sebab itu kita (rakyat) WAJIB TAHU,,,,!  

Kamis, 26 Januari 2012

”Badak Terakhir – Koruptor Bikin Punah Hutan”


Hutan rimba berbisik
Masa purba dan masa kini
Bertemu dalam roman cinta abadi.
(Hario Kecik)

Membaca kembali novel  (lebih tepat disebut catatan perjalanan) karya Jendral Hario Kecik, yang berjudul ”Badak Terakhir – Koruptor Bikin Punah Hutan”, yang menceritakan kisah perjalanannya menembus belantara hutan Kalimantan demi untuk memahami wilayah teritorialnya secara lebih mendalam pada saat politik konfrontasi dengan Malaysia dijalankan oleh Pemerintah RI, sebagai bagian dari upaya melawan kembalinya imprialisme Inggris di Indonesia, terasa begitu nostalgi.
Cara dia menuturkan, pemilihan bahasa  dan kata-kata, spirit perjuangan dan rasa cinta tanah air yang menjiwai setiap paragrafnya, serta sikap peduli dan empatinya yang menggebu-gebu kepada masyarakat pedalaman Kalimantan, sungguh luar biasa, sehingga mampu menghadirkan belantara Kalimantan di benak kita.
Kini belantara itu tak lagi perawan, badak cula-satu terakhir  yang dijumpainya mungkin hanya tinggal tulang-belulangnya saja yang terkubur di bumi Borneo, hutan dan ladang telah jadi hamparan tanah gersang akibat eksploitasi tambang batubara dan perusahaan HTI/Logging yang melakukan praktek-praktek illegal,,,,  
Kini tidak ada lagi jendral yang memiliki rasa cinta tanah-air  dengan manifestasi seperti yang dimiliki Hario Kecik, tidak ada lagi jendral yang mencintai alam Kalimantan seperti cara dia mencintainya, malah kini semua orang memandang Kalimantan hanya sebagai “ladang uang” semata, cara pandang serakah seperti inilah yang sangat membahayakan masa depan Kalimantan.
Kemajuan pembangunan & globalisasi di segala bidang  adalah keniscayaan, tapi terlalu mahal apabila harus ditukar dengan hancurnya  alam, budaya dan rakyat Kalimantan. Kembalikan hasil eksploitasi kepada rakyat Kalimantan, jangan biarkan mengendap di saku dan rekening gendut para pejabat korup…!
Save Our Borneo!
Long - Mahakam, kau tetap mengalir dalam nadiku, dan akan tetap,,,,,,

”Badak Terakhir – Koruptor Bikin Punah Hutan”
Karya                     :  Hario Kecik
Penerbit                  :  Gagas Media & Pustaka Utan Kayu, Jakarta.

Senin, 23 Januari 2012

Orang Miskin (masih) Dilarang Sekolah….

Dalam hubungan antara manusia dgn Tuhan, mencari ilmu  adalah kewajiban manusia. Sedangkan dalam hubungan antara rakyat dg negara, pendidikan adalah HaK rakyat dan negara WaJiB menyelenggarakan pendidikan, menyediakan fasilitas/sarana dan prasarana pendidikan bagi rakyatnya, krn rakyat sudah bayar pajak,,,,.
Namun sampai dengan hari ini, pendidikan yang murah tapi layak justru malah menjadi sesuatu yang langka,,,, bg orang miskin apalagi,,, mrk tidak mampu lagi bercita-cita setinggi langit karena khayalan dan impian pun selalu buyar oleh datangnya tagihan-tagihan biaya pendidikan yg terpaksa harus dibayar walaupun harus menukar  berasnya menjadi uang bagi biaya pendidikan anaknya.
Sistem pendidikan nasional sudah semakin baik, 20% anggaran pendidikan dari APBN sudah dipenuhi,  tp knpa masih ada sekolah runtuh? Knpa masih bnyak sekolah tidak layak? Knpa masih bnyak warga yg kesulitan mengakses pendidikan sehingga untuk mencapai sekolah saja masih banyak yg harus menempuh bahaya dgn bergelantungan di jembatan ambruk? kenapa masih banyak sekolah kekurangan guru dan buku? kenapa  biaya sekolah masih tak terjangkau? 
Ternyata perubahan  Sisdiknas dan anggaran yg besar belum mampu merubah wajah buruk pendidikan kita, krn ada  satu hal mendasar yg belum berubah,,,  yakni  KORUPSI,,,,, 
Sebab korupsi, yang kata Kwik Kian Gie rata-rata mencapai 30%, juga berakibat pada kualiitas dunia pendidikan kita. Bayangkan saja,,, bila anggaran pendidikan bocor rata-rata  30% per tahun-nya maka kualltas pendidikan pada saat inipun tertinggal 30% dari yang seharusnya,  demikian pula dari sisi waktu  pembangunan pun kita kehillangan sepertiganya,,, bila dihituung sejak merdeka kita sudah membangun selama 66 tahun, namun akibat korupsi, kenyataan sebenarnya kita baru membangun setara dengan 44 tahun, artinya,  kondisi saat ini (2012) - dalam segala bidang termasuk pendiidikan - harusnya telah dicapai pd tahun 1989,, luarbiasa,,,,,,
Jadi,,, selama  korupsi masih merajalela spt sekarang, kita, orang miskin, masih tetap tak akan mampu bayar  sekolah,,,, ! 
Tapi walaupun demikian, tetaplah  jaga "Pelita Harapan".  Salam.

Minggu, 22 Januari 2012

Sabtu, 21 Januari 2012

PEMBANGUNAN ADALAH PEMBEBASAN,,, (!/?)


Bumi, air dan kekayaan alam yg terkandung di dalamnya dikuasai dan dipergunakan sepenuhnya untuk kemakmuran Penguasa Negara dan gerombolannya,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, sedangkan Gempa Bumi, Air Banjir, Luapan Lahar, Lumpur, Tanah Longsor dan Hujan Batu sepenuhnya milik Rakyat dan silahkan dinikmati sepenuhnya oleh Rakyat untuk melatih kesabaran”.
Kalimat tsb di atas memang bukan merupakan sebuah pasal dr undang-undang, tp malah mewakili kenyataan hidup di negeri ini, menyedihkan memang ketika rakyat selalu jd korban  atas keserakahan para “penguasa” yg pada kenyataannya mereka itu dipilih dan dibayar oleh calon korbannya, yaitu rakyat, ternyata kita telah salah memilih.
“Development  is Freedom”, kata Amartya Senn, pembangunan adalah pembebasan, ya,,,, harusnya  proses pembangunan adalah proses pembebasan dr kemiskinan, kebodohan dan keterbatasan pilihan, bukan sebaliknya semakin banyak membangun semakin banyak pula makan korban.
Lantas apa yg harus kita perbuat menyikapi kenyataan  pahit ini? Cukupkah dengan mengeluh?
Tidakkkk….!!!!
Kita harus melawan,,, salah satunya melalui jalan pemberdayaan, krn hanya masyarakat berdayalah  yg memiliki keberanian, kemampuan dan kekuatan untuk merebut hak-haknya kembali.
“Tuhan,,,, kuatkan kami seperti akar ilalang, yg tetap tumbuh,,,, tumbuh,,,, dan hidup wlpn di atas batubara muda yg panasnya membara”.
Salam.

Kamis, 19 Januari 2012

Menanti Chico Mendez di Hutan Indonesia



Chico Mendez, pemimpin serikat buruh penyadap karet dan sekaligus aktivis lingkungan itu, tentu sudah tidak asing bagi kita. Dia, meskipun diketahui buta huruf, telah menjadi simbol perjuangan rakyat Brazil, terutama dalam menghadapi kekurang-ajaran “korporasi besar”.
Walaupun Chico Mendez adalah putra  Brazil  dari rakyat  biasa, namun  fikiran-fikiran dan kiprahnya jelas telah keluar dari batas-batas nasional, malahan telah menginspirasi perjuangan rakyat di manapun di dunia, terutama perjuangan melawan korporasi raksasa perusak hutan.
Dari perjuangan itu, kita tentu dapat melihat semangat Chico Mendez yang masih terus hidup, masih terus membidani dan menginspirasi perjuangan rakyat lokal di manapun. Bukankah Chico pernah berkata; “Pada awalnya saya pikir akan berjuang untuk menyelamatkan pohon karet, namun kemudian berjuang untuk menyelamatkan hutan amazon. Sekarang saya menyadari, bahwa saya harus berjuangan untuk kemanusiaan.”
Teringat dengan perkataan Mahatma Gandhi; “”Bumi dan semua isinya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup setiap orang, sayangnya tidak akan pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan satu orang yang serakah.
Bila Gandhi sudah berkata begitu, masihkah kita mau menyerahkan nasib rakyat dan generasi masa depan kepada korporasi besar?