Cucu, begitu ia biasa dipanggil sesuai namanya. Lelaki kelahiran Tasikmalaya yang berprofesi sebagai Guru SD dan sedang menempuh pendidikan jenjang S-2 ini adalah salah seorang “relawan” dalam kegiatan penanggulangan kemiskinan yang dipercaya oleh warga desanya menjadi Koordinator Lembaga Keswadayaan Masyarakat (LKM) “Harapan Panjalin Lor” sejak tahun 2008.
Perkenalannya dengan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan berawal dari seringnya membantu kegiatan istrinya yang pada tahun 2008 terpilih menjadi “relawan” penanggulangan kemiskinan. Awalnya hanya sekedar membantu istrinya yang kerepotan menyelesaikan tugas-tugasnya sebagai seorang relawan penanggulangan kemiskinan. Yang membuat dia tidak langsung terlibat menjadi relawan adalah karena kesibukannya serta karena sikap apatisnya terhadap program pemerintah bahwa “semua program pemerintah itu sama, hanya konsepnya saja yang bagus sedangkan implementasinya akan berakhir serupa seperti program-program lainnya, bubar, selesai, tidak transparan dan akuntabl, bahkan cenderung dilaksanakan asal-asalan, dan selanjutnya hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja yang memanfaatkan program untuk keuntungan pribadi dan kelompoknya”.
Dalam perjalanan waktu program sampailah pada siklus Pemilihan Anggota LKM, karena cara dan kriteria calon anggota LKM yang akan dipilih dalam program PNPM ini sangat unik, maka terbuka peluang siapapun untuk terpilih menjadi anggota LKM asal memiliki moral yang baik, sebab seluruh masyarakat dapat dipilih (tidak ada pencalonan dan tidak ada kampanye), memiliki track-record yang baik secara moral (jujur, adil, dapat dipercaya, peduli, dan sifat-sifat lain yang didasari nilai-nilai universal kemanusiaan). Sehingga terjadilah sesuatu yang selama ini dihindari olehnya yaitu terlibat dalam program PNPM, melalui hasil pemilihan berjenjang dari mulai tingkat RT sampai tingkat desa, terpilihlah ia (demikian pula istrinya) menjadi anggota LKM melalui pemilihan yang sangat demokratis, hal tersebut menunjukkan bahwa suami-istri tersebut di mata masyarakat adalah orang baik dan masyarakat menggantungkan harapan perubahan kepada keduanya.
Pilihan masyarakat memang tidak salah, sebab berkat kepemimpinannya di LKM Harapan Panjalin Lor geliat keberdayaan warga mulai tumbuh. Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya nilaai swadaya gotong royong dalam setiap kegiatan pembangunan, tumbuhnya kelompok-kelompok ekonomi produktif yang memanfaatkan dana pinjaman bergulir di LKM, terlembaganya kembali proses-proses musyawarah di masyarakat, kaderisasi dan transfer ilmu dan informasi berjalan dengan baik, kesemuanya berkat kiprah aktif dan teladan yang memancar dari motor penggerak pembangunan yang satu ini, sebab dia bukan hanya menyuruh namun mengajak dan memberi contoh langsung di lapangan, sebab dia bukan hanya menghimbau namun paling dahulu berbuat apa yang dikatakannya, dan semuanya dilakukan dengan penuh tanggungjawab dan keikhlasan.
Program pinjaman bergulir yang pada program-program sebelumnya selalu macet pembayarannya dan kemudian bubar, melalui kepemimpinan, keteladanan dan kepedulian serta tanggungjawab yang penuh di LKM Harapan Panjalin Lor membuktikan sebaliknya, persentase pengembalian (repayment rate) pinjaman bergulir dgn modal lebih 100 juta di Desa Panjalin Lor bertahan di angka 100% (tidak ada kemacetan), ini menunjukkan bahwa pengurus dan masyarakatnya sudah menerapkan nilai-nilai kejujuran dan tanggungjawab, sesuatu yang pernah hilang dan kini tumbuh kembali berkat tauladan dan kepemimpinan LKM dimana Cucu adalah koordinatornya.
Kepercayaan masyarakat kepada LKM demikian besar, sehingga menghasilkan salah satu hasil pembangunan yang cukup spektakuler, yaitu pembangunan jembatan di Blok Manis yang menghabiskan biaya lebih dari 151 juta, sedangkan bantuan stimulan melalui PNPM hanya 26 juta, sedangkan sisanya (kurang lebih 125 juta) adalah swadaya masyarakat. Pengumpulan swadaya yang demikian besar bukanlah hal yang mudah, namun dapat dicapai berkat kerja keras, tanggungjawab dan kerelawanan yang dikembangkan sang pelopor ini.
Sekarang, di tengah kesibukannya mengurus organisasi masyarakat lainnya selain LKM, dan padatnya jadwal kuliah dimana dia sedang menyelesaikan jenjang pendidikan S-2 di salah satu perguruan tinggi di Bandung, hampir tidak pernah keluar keluhan dalam menjalankan aktifitasnya di masyarakat, sebab menurutnya “keterpanggilannya dalam ikut serta membangun masyarakat adalah kewajibannya, walaupun harus berkorban baik waktu, tenaga pikiran bahkan materi,,, sebab,,, kalau bukan kita ya siapa lagi?”, ujarnya penuh keyakinan dan keikhlasan.
Perubahan memang selalu tumbuh dari keyakinan dan keikhlasan para pelopor, walaupun jumlahnya sedikit namun resonansinya demikian besar untuk menciptakan perubahan yang besar, pada saatnya nati.
(dari Cepyadi T-4)